Logo BBC

Tren Gerakan Antipacaran Digital di Indonesia, Cukup Daftar Rp200 Ribu

Ilustrasi taaruf.
Ilustrasi taaruf.
Sumber :
  • bbc

Menurut catatan tahunan Komnas Perempuan tahun 2019, kekerasan suami terhadap istri justru menempati peringkat pertama kasus kekerasan terhadap perempuan, sama dengan tahun-tahun sebelumnya, dengan 5.114 kasus, disusul oleh kekerasan dalam pacaran yang sejumlah 2.073 kasus.

Dalam bukunya, Indonesia Tanpa Pacaran, Laode berpendapat bahwa pacaran merupakan budaya Barat yang tidak sesuai dengan adat ketimuran di Indonesia.

Laode mengatakan, pelaku zina dalam hukum Islam dapat dikenakan hukuman 100 kali cambuk atau dirajam. `Indonesia yang bebas dari pacaran hanya dapat diwujudkan jika negara menerapkan syariat Islam`.

Gerakan Indonesia Tanpa Pacaran ingin menetapkan tanggal 14 Februari, yang identik dengan Hari Valentine, sebagai hari tanpa pacaran di Indonesia, dan telah menargetkan untuk menghapus pacaran dari Indonesia pada tahun 2024.

"Ini butuh pergerakan opini, butuh kerja keras kita. Kerusakan pacaran itu tidak hanya merusak Muslim, tapi juga merusak generasi Indonesia secara umum," kata Laode kepada BBC News Indonesia di kantornya di Kendari, Sulawesi Tenggara.

Untuk menggerakkan opini masyarakat, Laode telah menetapkan beberapa target untuk kelompoknya seperti mengunggah konten di Instagram setiap 30 menit; menambah 3.000 pengikut di kanal Facebook dan Instagram setiap harinya; serta target pribadinya untuk menulis 1.000 buku dalam waktu 50 tahun mendatang.

Konservatisme di Indonesia

Kritik dari gerakan antipacaran menilai bahwa gerakan ini adalah salah satu contoh bergeraknya Indonesia ke arah yang lebih konservatif dari segi agama.

"Yang aku waspadai adalah sebenarnya orang-orang yang kontra (dengan Indonesia Tanpa Pacaran) dan banyak yang bilang kalau gerakan kecil dan insignifikan ini tidak perlu diperhatikan," kata Dhyta Caturani, pendiri kelompok feminis Purplecode dan aktivis akar rumput pemerhati masalah keadilan dan demokrasi yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Sipil.

"Padahal buat aku ini justru berbahaya kalau lepas dari perhatian kita. Meskipun kecil, dia adalah satu dari mata rantai, dari satu rantai besar, desain besar, dari konservatisme yang akan membawa Indonesia ke jalan yang kita tidak tahu mau dibawa ke mana, tetapi yang pasti bukan ke arah yang baik."

Sementara itu, Neng Dara Affiah, dosen di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan aktivis hak perempuan, mengatakan bahwa kemunculan gerakan antipacaran merupakan buah dari kompetisi di berbagai aspek yang membuat lebih banyak orang berpaling ke agama untuk dijadikan pegangan.

"Ini gejala dunia. Ada kepanikan moral, disorientasi, sehingga agama menjadi pegangan. Ini bagian dari satu era yang tunggang langgang. Kompetisi begitu kuat dan orang harus mencari pegangan, terutama di era demokrasi liberal seperti ini," kata Neng Dara.

Penulis buku "Islam, Kepemimpinan, Perempuan, dan Seksualitas" itu memandang bahwa pacaran tidak selalu berbuah negatif karena dalam proses ini seorang laki-laki dan seorang perempuan dapat mengenali calon pasangannya lewat diskusi dan obrolan, serta menguatkan koneksi batin antara keduanya sebelum menuju jenjang pernikahan.