Tren Gerakan Antipacaran Digital di Indonesia, Cukup Daftar Rp200 Ribu
- bbc
"Pacaran itu kan sesuatu yang umum, (lalu) muncul aplikasi taaruf ini. Di dunia, ada aplikasi Tinder, tapi kita muncul dengan sesuatu yang berbeda dengan platform yang beda. Bagi saya taaruf itu bukan sesuatu yang konservatif tapi wajah dinamika dalam Islam, ini adalah solusi bagi pernikahan seseorang," kata Rizki.
Bertemu jodoh melalui media sosial
Tren taaruf digital tidak hanya dilakukan lewat aplikasi, namun juga lewat Instagram. Natta Reza, seorang selebgram dengan jumlah pengikut 1,4 juta, mengaku bertemu dengan istrinya, Wardah Maulina, lewat aplikasi berbagi foto itu.
Pada Desember 2016, Wardah, yang juga seorang selebgram dengan 1,4 juta pengikut, menyukai sebuah foto yang diunggah Natta.
"Ketika saya buka notifikasi, saya tidak menyangka akan tertuju pada like dari Wardah dan di foto profilnya, Wardah tidak menunjukkan wajahnya. Cuma hati saya tergerak ingin membuka siapa yang nge-like ini. Saya dibuat kagum dengan tulisan sederhana, yang dia tulis di (profilnya)," kata Natta.
Dalam profilnya, Wardah saat itu menulis bahwa ia "hanya wanita biasa bercita-cita menikah muda."
"Kata-kata `bercita-cita nikah` buat aku sangat mulia sekali. Wardah, di balik pendidikannya seorang desainer, tapi dia bercita-cita hanya menikah, bukan jadi seorang desainer. Bagi aku itu spesial," kata Natta.
Natta pun segera mengirim pesan singkat pertamanya ke Wardah, yang langsung berisi ajakan untuk menikah. Dua bulan kemudian, keduanya resmi menjadi pasangan suami istri.
Gerakan menolak pacaran
Taaruf digital merupakan salah satu elemen dari gerakan antipacaran yang lebih luas di Indonesia. Para pendukungnya termasuk kelompok Indonesia Tanpa Pacaran; influencer di Instagram; sampai sejumlah pendakwah yang naik pamor lewat konten mereka di media sosial.
Mereka yang menolak pacaran memandang pacaran sebagai hal yang dapat merusak generasi muda, terutama bagi perempuan.
Laode Munafar, pendiri Indonesia Tanpa Pacaran, mengatakan bahwa kurangnya aturan baku soal bersikap dalam pacaran berpotensi menimbulkan kekerasan antara laki-laki dan perempuan.
"Kekerasan suami dalam pernikahan ada 192 (kasus), kekerasan dalam pacaran itu 1.528 (kasus), itu data yang banyak.Hasilnya, lebih dari 50 persen jenis kekerasan (terhadap perempuan) itu berawal dari pacaran," kata Laode, yang mengutip data Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan, tahun 2007.