Tren Gerakan Antipacaran Digital di Indonesia, Cukup Daftar Rp200 Ribu
- bbc
"Saya kaget. Aplikasinya sudah saya hapus, kok ada yang mengajukan [CV] ke saya berani juga ini perempuan. Lalu saya lihat, secara visi misi cocok”. Keduanya pun menikah pada September 2019, atau tiga bulan setelah Zara mengajukan CV-nya ke Yanuar.
Tren taaruf online
Zara dan Yanuar adalah satu dari enam pasangan yang menikah lewat aplikasi Taaruf Online Indonesia, yang diluncurkan hampir satu tahun lalu di Semarang.
Hingga kini, aplikasi tersebut telah diunduh sekitar 50 ribu kali dan mencatatkan 5.000 pengguna aktif bulanan, kata Rizki Awal, salah satu pendiri aplikasi.
"Ketika seseorang hijrah, mereka kadang tidak kenal dengan lawan jenis, maka mereka perlu perantara atau mediasi untuk memperkenalkan diri mereka ke orang lain. Kami jadi wadah untuk itu," kata Rizki.
Dilansir dari situsnya, aplikasi ini digunakan paling banyak di Semarang, disusul oleh Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bogor, dan Bandung. Jumlah pengguna perempuan, sekitar 5.345 orang, lebih banyak dari laki-laki yang berjumlah setidaknya 4.722.
Untuk menjadi anggota aplikasi ini, pengguna harus membayar Rp200 ribu. Biaya ini diberlakukan satu kali saat mendaftar sampai laki-laki datang ke rumah orang tua perempuan. Pengelola aplikasi ini mengemukakan sejumlah alasan mengenai adanya biaya pendaftaran.
"Pertama, ini bentuk keseriusan (seseorang). Lalu ongkos untuk mediator kita ke lokasi (rumah orang tua perempuan) karena seringkali ada beberapa pasangan yang ingin bertemu dan jarak dari rumah mediator bisa sampai 20 km, saya merasakan itu. (Alasan) yang ketiga, untuk biaya pengembangan aplikasi itu sendiri, untuk bayar adminnya, bayar pegawai sehari-hari. Tidak ada dalil untuk melarang (pengenaan biaya bagi proses taaruf), ini mubah, boleh," jelas Rizki.
Pengguna juga harus menyertakan Kartu Tanda Penduduk (KTP) untuk memastikan keaslian identitasnya, meski pendiri aplikasi ini mengaku belum memiliki metode untuk mengetahui catatan kriminal seseorang.
Dalam aplikasi ini, nama asli dan foto pengguna disamarkan supaya "yang pertama dicari bukan kecantikan atau kegantengan, melainkan inner beauty-nya atau sikapnya dalam sehari-hari," kata Rizki.
Ketika seorang pengguna tertarik pada sebuah profil, ia bisa mengajukan CV kepada orang tersebut. Jika diterima, maka kedua pengguna dapat saling melihat nama dan foto CV masing-masing.
Untuk mengajukan pertanyaan, komunikasi, dan menuju ke nadzor, aplikasi akan menyediakan mediator "untuk menghindari orang-orang yang cuma ingin sekadar kenalan tapi tidak menikah," kata Rizki.
Kehadiran perantara ini membuat aplikasi taaruf berbeda dengan Tinder, OkCupid, atau aplikasi percintaan lainnya, di mana seorang pengguna dapat langsung berkomunikasi dengan pengguna lain jika satu sama lain tertarik.