Perang Lawan Corona, 3 Juta Orang Unduh Aplikasi PeduliLindungi
- VIVA/Misrohatun Hasanah
VIVA – Jumlah pasien positif Virus Corona di Indonesia masih bertambah. Data Selasa sore, 28 April 2020, menyebutkan jumlahnya mencapai 9.511 orang dengan pasien meninggal dunia sebanyak 773 orang dan pasien sembuh sebesar 1.254 orang.
Pemerintah pun melancarkan sejumlah kebijakan untuk menekan penyebaran serta penularan wabah Corona. Mulai dari memakai masker, social dan physical distancing, pembatasan sosial berskala besar (PSBB) hingga merilis Aplikasi PeduliLindungi, sebagai upaya untuk melacak gerak-gerik virus mematikan tersebut.
Saat ini sudah 3 juta pengguna telah mengunduh Aplikasi PeduliLindungi untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19. Keberadaan aplikasi ini telah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kominfo No 171 Tahun 2020.
Hal itu diungkapkan oleh Direktur Jenderal Penyelenggara Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Ahmad M. Ramli. "Sejak diluncurkan akhir bulan Maret lalu, hingga kini sudah diinstall 3 juta orang," kata dia kepada VIVA, Selasa malam, 28 April 2020.
Angka tersebut naik dari pertengahan bulan ini yang diklaim sudah diunduh 1 juta orang. Aplikasi PeduliLindungi juga sudah tersedia di AppStore maupun PlayStore yang tersambung dengan seluruh operator seluler di Indonesia.
Aplikasi ini mampu mengidentifikasi orang-orang yang pernah berada dalam jarak dekat dengan orang yang dinyatakan positif COVID-19 atau Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan Orang Dalam Pengawasan (ODP). Hal ini akan membantu ketika orang tersebut tidak dapat mengingat riwayat perjalanan dan dengan siapa saja melakukan kontak.
3T
Aplikasi PeduliLindungi memiliki fitur aplikasi tracking yang dapat mendeteksi pergerakan terpapar Corona selama 14 hari ke belakang. Berdasarkan hasil tracking dan tracing, masyarakat akan menerima peringatan untuk segera menjalankan protokol kesehatan apabila di sekitarnya terdapat pasien positif COVID-19.
Sementara itu, mengenai PSBB, menurut Program Coordinator Big Data Indef, Ariyo Dharma Pahla Irhamna, penerapannya sedikit banyak mengganggu kelancaran ekonomi. Hal ini menyebabkan terjadinya supply and demand shock.
"Artinya, permintaan dan penawaran komoditas ekonomi maupun komoditas yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari terganggu," ungkapnya. Namun demikian, mengingat tujuan dari PSBB adalah mencegah penyebaran dan penularan COID-19, maka harus didukung dan dijalankan oleh semua pihak.
"Bagaimana pun juga pencegahan jauh lebih baik dari pada mengobati yang sakit. Itu harus dari diri sendiri," tutur dia. Meski begitu, Ariyo melihat pemerintah sampai saat ini belum menerapkan standard yang diterapkan WHO dalam upaya pencegahan penularan dan penyebaran Corona, yakni menjalankan 3T: Test, Tracing, and Traking.
Ia pun membandingkan Indonesia dengan Singapura yang sudah menerapkan 3T, sehingga warga terpapar COVID-19 bisa diminimalisir. "Dari awal WHO sudah mengingatkan. Bukan hanya Indonesia tapi juga negara-negara yang pada periode Januari hingga Februari itu tidak aware akan wabah ini. Harusnya cepat dilakukan massive test dan 3T," tegas Ariyo.