Penyebab Sebagian Orang Tidak Suka Cuci Tangan, Padahal Lagi Corona
![Ilustrasi cuci tangan/hand sanitizer.](https://thumb.viva.co.id/media/frontend/thumbs3/2020/03/10/5e6758e6ae23b-ilustrasi-cuci-tangan-hand-sanitizer_665_374.jpg)
- Freepik/freepik
Jika kita melihat orang lain mencuci tangan mereka di kamar kecil, kita akan melakukannya - tapi, ketika tidak ada yang melakukannya, tidak ada tekanan bagi kita untuk melakukannya.
"Dan faktanya, orang bisa dipandang tidak biasa atau `sombong` jika mereka melakukannya," kata Aunger.
Karena laki-laki dan perempuan cenderung pergi ke kamar kecil yang terpisah di tempat publik, mungkin ada norma sosial yang berbeda untuk setiap gender - begitu pula untuk kelompok lain, misalnya agama.
Pemikiran rasional vs pengalaman
Satu alasan para ilmuwan begitu tertarik untuk mengungkap psikologi di balik mencuci tangan ialah banyak nyawa bergantung padanya - terutama pasien-pasien di rumah sakit.
Meskipun sudah bertahun-tahun berlatih untuk menjaga orang-orang tetap hidup, banyak tenaga kesehatan mengabaikan kebiasaan dasar satu ini yang bisa membantu mencegah virus yang berpotensi mematikan dan superbug seperti bakteri Clostridium difficile.
Pada 2007, para ilmuwan menemukan bahwa dokter bedah di sebuah rumah sakit di Australia hanya mencuci tangan 10 persen dari waktu sebelum kontak dengan pasien (vs 30 persen setelahnya).
Penelitian yang lebih baru di rumah sakit lain mengungkap temuan yang sama mengejutkannya. Contohnya, penelitian pada 2019 di sebuah rumah sakit di Quebec mendapati bahwa tenaga kesehatan hanya mencuci tangan mereka 33 persen dari waktu mereka bekerja.
Bahkan di Arab Saudi, dengan budaya cuci tangannya yang saksama, tenaga medis seringkali tidak menerapkan kebersihan tangannya dengan baik.
Tapi seperti halnya masyarakat umum, tidak semua tenaga medis [are equally guilty]. Studi pada 2008 menemukan bahwa dokter yang melaporkan bahwa dirinya membuat keputusan secara intuitif jauh lebih sering mencuci tangan dibandingkan mereka yang mengaku berpikir secara lebih rasional.
Ini mengisyaratkan bahwa memberi serangkaian argumen untuk mencuci tangan mungkin bukan cara terbaik untuk meyakinkan orang-orang untuk melakukannya.
Studi yang dilakukan pada bulan Maret tahun ini mengidentifikasi sifat lain yang mungkin berperan: ketelatenan.
Penelitian tersebut, yang dilakukan di Brasil, mendapati bahwa orang-orang yang mendapat skor lebih tinggi untuk ketelatenan lebih cenderung menjaga jarak sosial dan mencuci tangan.