Penyebab Sebagian Orang Tidak Suka Cuci Tangan, Padahal Lagi Corona
- Freepik/freepik
Tentu saja, ini bisa sebagian dijelaskan oleh kurangnya fasilitas yang memadai dan sabun di wilayah-wilayah miskin di dunia.
Di negara-negara berkembang, hanya 27 persen dari populasi yang punya akses pada fasilitas ini (Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF memperkirakan bahwa sekitar tiga miliar orang tidak memilikinya di rumah).
Tapi bahkan di banyak negara berpenghasilan tinggi, tempat kedua hal itu melimpah, hanya 50% orang yang menggunakannya setelah pergi ke kamar kecil.
Temuan yang menyelamatkan nyawa
Statistik ini mengherankan bila Anda mempertimbangkan bahwa mencuci tangan dianggap sebagai salah satu temuan yang menyelamatkan paling banyak nyawa dalam sejarah umat manusia, berkontribusi pada lonjakan besar dalam harapan hidup global sejak dipopulerkan sekitar tahun 1850.
Kalau kita butuh lebih banyak insentif, kebiasaan bersih-bersih ini juga bisa mencegah kuman kebal antibiotik atau superbug dan pandemi.
Sebuah kajian ilmiah pada tahun 2006 mendapati bahwa mencuci tangan secara rutin bisa memangkas risiko infeksi saluran pernapasan sebesar antara 6 hingga 44 persen.
Sejak kemunculan pandemi COVID-19, para ilmuwan menemukan bahwa budaya mencuci tangan di suatu negara adalah predikto yang "sangat baik" akan tingkat penyebaran penyakit.
Mengapa sebagian dari kita begitu semangat mencuci tangan hingga rela membayar ratusan ribu rupiah untuk cairan penyanitasi tangan di saat kelangkaan, sementara yang lain begitu keras kepala sampai menyentuh sabun saja tidak mau?
Dan jika virus baru yang misterius dan cerita horor tentang tinja di remot televisi hotel tidak bisa membujuk orang-orang untuk mengubah kebiasaan mereka, apa yang bisa?
Ternyata kegagalan singgah di wastafel dalam perjalanan keluar dari kamar kecil tidak hanya disebabkan rasa malas.
Ada sejumlah faktor psikologis yang secara halus membuat orang-orang enggan mencuci tangan, mulai dari cara berpikir seseorang hingga tingkat optimisme delusi, kebutuhan untuk merasa "normal", dan seberapa kuat perasaan jijik mereka.
“Satu masalah dengan mencuci tangan ialah, terutama di negara maju, Anda bisa lalai mencuci tangan berkali-kali dan tidak menjadi sakit," kata Aunger.