Jumlah Akun Pengguna Facebook yang Dijual Murah Setara Penduduk RI
- Mashable
VIVA – Jumlah data pribadi pengguna Facebook yang dijual murah di situs Dark Web sebanyak 267 juta akun. Angka ini setara dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 267,7 juta jiwa pada 2018. Parahnya lagi, akun-akun ini cuma dihargai sebesar Rp9 jutaan saja.
Akun tersebut berisi nama lengkap, alamat email, tanggal lahir dan nomor telepon pengguna media sosial besutan Mark Zuckerberg tersebut. Tidak disebutkan apakah ada akun Facebook milik warga negara Indonesia (WNI), namun sebagian besar berasal dari akun milik warga Amerika Serikat (AS).
"Sebanyak 267 juta akun Facebook berhasil diretas itu dipasarkan di dark web. Harganya dijual sangat murah, sekitar Rp9,2 juta," demikian menurut laporan situs Bleeping Computer, seperti dikutip dari Tech Radar, Sabtu, 25 April 2020.
Seperti diketahui, terkait keamanan data pribadi, sebelumnya para peneliti dari perusahaan Cybersecurity menemukan kebocoran 530 ribu akun Aplikasi Zoom yang dijual di dark web beberapa hari lalu.
Saat ini Bleeping Computer juga melaporkan keberadaan 267 juta akun Facebook yang diretas dan dijual di situs yang sama. Tentunya ini adalah informasi emas bagi peretas, terutama bagi mereka yang berspesialisasi dalam phishing.
Ini memungkinkan pelaku, misalnya, mengekstrak data pribadi dari pengguna dengan bertindak sebagai badan resmi. Bob Diachenko, peneliti yang mengungkapkan penelitian ini, mengaku menemukan data yang dijual peretas di dark web melalui antarmuka pemrograman Facebook (API).
Namun ini hanya hipotesis. Akhirnya data akun Facebook yang diretas dengan cepat dibeli oleh Cyble, perusahaan yang menemukan penjualan akun Aplikasi Zoom, untuk mencegah peretas mengaksesnya.
"Peneliti Cyble mengeksekusi penjualan dan dapat mengunduh dan memverifikasi data. Pengguna yang terkena dampak akan dapat memverifikasi ini pada platform pemantauan pelanggaran data Cyble, AmIbreached.com segera," kata Bob.
Pada tahap ini, para peneliti Cybke tidak tahu bagaimana cara mereka membocorkan data. Mungkin karena kebocoran pada API pihak ketiga atau scrapping. Data berisi detail sensitif pada pengguna yang bisa digunakan penjahat siber untuk phishing dan spamming.
"Kami merekomendasikan pengguna untuk memperketat pengaturan privasi mereka di profil Facebook mereka. Dan berhati-hatilah dengan email dan pesan teks yang tidak diminta. Kami saat ini mengindeks data di platform pemantauan dark web kami, dan pengguna ritel dapat mengaksesnya melalui AmIbreached.com," demikian menurut keterangan resmi Cybke.