Virus Corona Ada Kaitannya dengan Perusakan Alam
- pixabay
Di samping itu, perusakan ekosistem juga berdampak pada jenis virus mana yang semakin berkembang di alam liar dan bagaimana virus-virus itu menyebar.
Hayman menekankan, dalam beberapa abad terakhir, hutan tropis sudah berkurang 50%. Ini berakibat sangat buruk pada ekosistem. Di sejumlah kasus, ilmuwan sudah berhasil mengungkap, jika hewan di bagian atas rantai makanan punah, hewan di bagian bawah, seperti tikus yang membawa lebih banyak patogen, mengambil tempat di bagian atas rantai makanan.
“Tiap spesies punya peran khusus dalam ekosistem. Jika sebuah spesies mengambil tempat spesies lain, ini bisa berdampak besar dalam hal risiko penyakit. Dan kerap kita tidak bisa memperkirakan risikonya,“ demikian dijelaskan Alica Latinne dari Wildlife Conservation Society.
Bukti yang menunjukkan hubungan antara perusakan ekosistem dan bertambahnya risiko penyebaran infeksi terbaru menyebabkan para pakar menekankan pentingnya konsep “One Health“ atau kesehatan bersama.
Perdagangan hewan liar
Pasar-pasar yang menjual hewan liar dan produk-produk dari hewan liar merupakan inkubator lain bagi timbulnya penyakit menular. Para ilmuwan menganggap sangat besar kemungkinan bahwa virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit COVID-19 timbul di sebuah pasar hewan liar di Wuhan, Cina.
Spangenberg menjelaskan, menempatkan hewan sakit dan stres di dalam kandang secara berdesakan adalah “cara ideal“ untuk menciptakan patogen baru, dan menyebarkan penyakit dari satu spesies ke spesies lainnya. Oleh sebab itu banyak ilmuwan sudah mendesak diadakannya regulasi lebih ketat bagi pasar hewan liar.
Itu juga jadi seruan Elizabeth Maruma Mrema, Kepala Eksekutif Sekretariat Konvensi Keanekaragaman Biologi PBB. Ia sudah mendesak dilarangnya pasar hewan liar di seluruh dunia. Tapi Mrema juga mengungkap bahwa bagi jutaan orang, terutama di kawasan miskin dunia, pasar-pasar ini jadi sumber pendapatan. (ml/yp)