Kirim Bantuan untuk Tenaga Medis Enggak Kena Ongkir
- ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
VIVA – Tim medis menjadi pasukan terdepan, untuk melawan wabah virus corona. Mereka yang langsung berhadapan dengan pasien, dan berisiko terpapar virus yang dikenal dengan nama COVID-19 itu.
Sayangnya, hingga kini masih banyak rumah sakit dan puskesmas yang kekurangan alat pelindung diri. Banyaknya pasien yang harus dirawat, membuat mereka terkadang harus terjun dengan perlengkapan seadanya.
Untungnya, banyak warga umum yang sadar akan hal itu, dan berusaha membantu dengan cara menyumbang APD. Namun, mereka terkadang tidak tahu bagaimana cara penyalurannya yang tepat.
Terjun langsung ke lapangan juga berisiko. Sementara, data rumah sakit atau puskesmas yang sedang kekurangan alat tersebut tidak diketahui secara umum. Hal ini yang akhirnya coba difasilitasi oleh perusahaan ekspedisi SiCepat.
Melalui keterangan resmi, dikutip Jumat 17 April 2020, Chief Executive Officer SiCepat Ekspres, The Kim Hai mengatakan bahwa program ini dibuat untuk masyarakat Jabodetabek yang memiliki APD, namun tidak tahu bagaimana cara mendistirbusikannya.
“Banyak rumah sakit yang kekurangan alat kesehatan seperti masker dan APD, dan banyak masyarakat yang memiliki alat-alat kesehatan, tapi kebingungan untuk mendistribusikan,” ujarnya.
Kim menjelaskan, program ini juga berlaku untuk seluruh masyarakat Indonesia yang ingin mendonasikan alat-alat kesehatan, dan mereka tidak dikenakan ongkos kirim.
“Kurir kami akan mengambil alat-alat tersebut ke rumah. Masyarakat tidak perlu takut melakukan interaksi, karena seluruh karyawan menggunakan masker dan sarung tangan sebagai langkah preventif,” tuturnya.
Selain menggratiskan ongkir, mereka juga menyerahkan bantuan kebutuhan pokok berupa 30 ribu karung beras ke beberapa wilayah di Jabodetabek dan Palembang. Bantuan ini diberikan kepada masyarakat ekonomi kecil yang banyak terkena pemutusan hubungan kerja atau PHK, pekerja harian, dan pemilik warung kecil.
“Kami ingin membantu meringankan masyarakat yang terkena langsung dampak dari wabah COVID-19, seperti yang terkena PHK dan masyarakat yang kurang mampu untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari,” jelas Kim.