Logo BBC

Banyak Orang Pintar dan Terdidik Percaya Hoax COVID-19

Aksi Kampanye Anti Hoax di Jakarta beberapa waktu lalu.
Aksi Kampanye Anti Hoax di Jakarta beberapa waktu lalu.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma

Mengabaikan respons

Riset psikologi klasik memperlihatkan bahwa beberapa orang sangat baik dalam mengabaikan respons mendalam mereka. Orang seperti ini biasanya lebih mudah termakan berita palsu.

Peneliti seperti Pennycook menggunakan alat bernama cognitive reflection test atau CRT untuk mengukur kecenderungan ini. Untuk memahami cara kerjanya, lihat pertanyaan berikut:

  • Ayah Emily punya tiga anak. Yang dua bernama April dan May. Siapa nama anak ketiganya?

Banyak yang secara intuitif menjawab June. Namun tentu jawaban yang benar adalah Emily.

Untuk sampai pada jawaban benar, kita perlu berhenti sejenak dan mengalahkan respons intuitif.

Pertanyaan-pertanyaan CRT merupakan tes kecenderungan seseorang: apakah ia akan menggunakan akal untuk memikirkan sesuatu secara analitis ketimbang menuruti intuisi.

Orang yang tak menggunakan akal ini kerap disebut oleh psikolog sebagai kikir kognitif, karena mereka memiliki akal tetapi tidak banyak menggunakannya.

Kekikiran kognitif ini membuat kita lebih mudah mengalami bias kognitif, dan ini mengubah cara kita mengkonsumsi informasi (dan misinformasi).

Dalam soal pernyataan seputar virus corona, Pennycook menemukan bahwa orang yang skornya rendah dalam CRT tidak terlalu mempertimbangkan akurasi sebuah pernyataan, yang bisa jadi dengan sukarela mereka sebarkan.