Israel Pakai Software Mata-mata Kontroversial Pantau Virus Corona

Mossad, badan intelijen Israel.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Kementerian Pertahanan Israel berencana memakai software atau perangkat lunak untuk menganalisis data yang dikumpulkan dari ponsel atau telepon seluler warganya untuk menyelidiki pembawa atau orang yang terinfeksi Virus Corona COVID-19. Sayangnya, software itu rumornya dibuat oleh NSO Group, perusahaan mata-mata kontroversial.

Informasi saja, NSO merupakan perusahaan teknologi yang berbasis di Tel Aviv, Israel. NSO Group menjadi kontroversial karena dituding melakukan peretasan terhadap aplikasi pesan instan WhatsApp melalui perangkat mata-mata atau spyware bernama Pegasus pada Mei 2019. Tidak hanya WhatsApp, Pegasus bisa menyerang perangkat canggih seperti iPhone.

Menteri Pertahanan Israel Naftali Bennett mengatakan program bernama Coronameter ini baru bisa dilaksanakan jika sudah mendapat persetujuan dari rapat kabinet bersama perdana menteri dan kejaksaan agung karena menyangkut masalah data pribadi.

"Saya optimis diberi lampu hijau. Kami akan segera mendapatkannya," kata dia, seperti dikutip dari situs The Star, Rabu, 1 April 2020. Israel sudah memiliki ribuan kasus positif COVID-19 yang bisa menyebabkan gagalnya pernafasan, namun ada juga yang hadir tanpa gejala.

Kabar terakhir menyebutkan bahwa Pemerintah Israel memberlakukan karantina ketat terhadap masyarakat yang mengidap wabah ini. Sementara itu, untuk Program Coronameter, mereka sudah melakukan uji coba terhadap 5.000 pasien per hari dan diharapkan bisa segera menggandakan angkanya.

Untuk memilih responden mereka menggunakan militer untuk melakukan pengawasan kepada warga sipil. Keputusan ini mendapat perlawanan dari kelompok-kelompok hak asasi manusia (HAM) karena diklaim mengganggu privasi. Hingga saat ini mereka memiliki 4.347 kasus dengan 15 kematian.

Menhan Bennett mengatakan melacak ponsel dan geolokasi sudah tidak lagi efektif digunakan pada kondisi saat ini. Sedangkan, pada Program Coronameter, mereka akan memberi peringkat 1-10 jika ada seseorang yang teridentifikasi membawa Virus Corona.

"Sistem akan diperbarui secara real-time. Tapi saya tidak komentar soal NSO yang membuat software-nya. Ini sangat kompleks," klaim dia. Biro Investigasi Federal (FBI) tengah melakukan penyelidikan terhadap NSO karena dituduh meretas data pribadi penduduk dan perusahaan Amerika Serikat (AS) dan menyetorkannya kepada Pemerintah Israel.

Pengagum Fidel Castro, Mantan Dubes AS Rela Jadi Mata-Mata Kuba Selama Puluhan Tahun

NSO Group didirikan pada 2010 oleh Shalev Hulio dan Omri Lavie. Kantor pusatnya berlokasi di Herzliya, pinggiran Tel Aviv. NSO Group memiliki karyawan yang jumlahnya mencapai 600 orang, baik yang bekerja di Israel maupun perwakilan perusahaan di seluruh dunia.

Sekitar 250 dari 600 orang bekerja dalam penelitian dan pengembangan, termasuk menciptakan eksploitasi di rumah untuk masuk ke ponsel. Menurut informasi, kedua pendiri NSO Group itu diyakini sebagai alumni Unit 8200, pasukan siber Israel, yang dibentuk pada 1952 di bawah Israel Defence Forces atau Pasukan Pertahanan Israel.

Belanda Tuding China soal Aksi Spionase Dunia Maya
Presiden Jokowi dicek kesehatan sebelum divaksinasi booster COVID-19 tahap dua

Bertarung Pulihkan Pandemi, Jalan Terjal Pemerintah Indonesia Bangkit dari Belenggu COVID-19

Lantas bagaimana jejak perjalanan mewabahnya virus mematikan Sars-CoV-2 tersebut, hingga langsung memunculkan situasi pandemi yang mencekam di Tanah Air?

img_title
VIVA.co.id
2 Oktober 2024