Telisik Partikel Hantu di Alam Semesta
- U-Report
Barulah pada etape terakhir, instalasinya diangkut melalu jalan raya sampai ke pusat penelitian di Karlsruhe. Di sini alat timbangan itu dirakit. Sebuah upaya raksasa untuk meneliti Neutrino amat kecil dan berbobot super ringan.
Magnus Schlösser menjelaskan lebih lanjut; "kami menemukan 300 Neutrino pada tiap sentimeter kubik alam semesta, yang tersisa dari Dentuman Besar. Selain itu ada sumber tambahan, dari matahari atau supernova, yang memproduksi Neutrino dalam jumlah besar yang sampai ke Bumi.
Tapi semua Neutrino ibaratnya hanya lewat di tubuh kita, dengan interaksi ekstrim lemah. „Bisa dibilang, listrik Neutrino menembus tubuh kita sepanjang waktu, setiap sentimeter kubik ada satu miliar Neutrino, tapi kita samasekali tidak merasakannya", ujar pakar fisika dari Jerman itu.
Metode menimbang ekstrim sulit
Menimbang bobot Neutrino ekstrim sulit dan hanya berfungsi dengan sebuah teknik. Instalasi timbangan partikel itu panjangnya 70 Meter. Di salah satu ujungnya ilmuwan menembakan Tritium ke dalam instalasi. Tritium adalah versi radioaktif dari Hidrogen. Jika unsurnya meluruh, tercipta satu Elektron dan satu Elektron-Neutrino.
Kedua partikel mengandung muatan energi dalam jumlah yang sama. Di sinilah inti taktik menimbang bobot Neutrino. Para ilmuwan mustahil bisa menangkap Neutrino. Tapi Elektron bisa ditangkap, dan energinya bisa diukur.
Hanya sebagian kecil Elektron, yang punya muatan energi cukup, yang bisa mencapai Spektrometer. Di sini, para ilmuwan bisa mengukur, setinggi apa energi Elektron itu. Dari situ bisa disimpulkan, sebesar apa harusnya energi yang dikandung Neutrino dan berapa bobotnya. Kini ilmuwan berupaya, teknik pengukurannya bisa lebih sensitiv lagi dan terus meningkatkan kepekaannya.
"Jika massanya ada di posisi tertentu, dan jika limit kepekaan itu bisa kita turunkan lagi, terdapat satu titik, dimana kita bisa benar-benar mengukur bobotnya. Saat ini, kepekaan kita ada di posisi ini, dan bobotnya ada di antaranya hingga limitnya. Sejauh ini kami belum bisa mengukurnya, namun sedang mengarah ke sana", jelas Dr. Magnus Schlösser.