Amazon Dibuat Puyeng Gara-gara 'Panic Buying'
- Unsplash
VIVA – Raksasa e-commerce Amazon dibuat puyeng gara-gara panic buying. Startup milik Jeff Bezos itu mengaku kekurangan kebutuhan rumah tangga karena banyaknya konsumen di Amerika Serikat (AS) yang melakukan penimbunan di tengah kepanikan Virus Corona COVID-19.
Dikutip dari situs Independent, Selasa, 17 Maret 2020, Amazon mengalami kebanjiran permintaan yang besar dalam beberapa hari terakhir, yang mengakibatkan pesanan tidak terpenuhi serta waktu pengiriman tertunda bagi anggota khusus Amazon.
Barang yang masuk ke dalam kategori 'household staples' banyak dicari konsumen, termasuk tisu toilet dan air botol kemasan. Manajemen Amazon mengatakan Virus Corona telah menyebar, dan mereka mengakui bahwa baru-baru ini melihat peningkatan jumlah orang yang berbelanja online.
"Dalam jangka pendek ini berdampak pada bagaimana kami melayani pelanggan. Anda juga tahu bahwa pengiriman kami lebih lama dari biasanya," demikian keterangan resmi Amazon.
Untuk mengatasinya, Amazon bersama mitra penjualan memastikan ketersediaan produk dan menambah kapasitas agar semua pesanan bisa dikirim tepat waktu.
Tak hanya itu, Amazon juga berjanji untuk mencegah kenaikan harga yang dilakukan penjual oportunistik. Ada satu kasus di mana seorang pria membeli 18 ribu botol hand sanitizer untuk dijual kembali dengan harga tinggi.
Akunnya banyak dilaporkan oleh pengguna dan kemudian terblokir. Otoritas negara bagian lalu memerintahkannya untuk menyumbangkan stok yang tersisa untuk amal.
Selain AS, warga Malaysia juga merasakan demikian. Hal ini setelah pemerintahnya menerapkan kebijakan lockdown sehingga membuat panic buying sejak Senin, 16 Maret kemarin.
Antrean panjang terlihat di sebagian besar pusat perbelanjaan, dengan orang-orang memuat barang-barang ke troli dan mengosongkan rak seiring meningkatnya kecemasan bahwa pemerintah dapat menerapkan langkah-langkah penguncian untuk memerangi tingkat infeksi.
Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin telah memerintahkan penguncian sebagian dari semua kegiatan publik di negara itu dari 18 hingga 31 Maret pada Senin pukul 10.26 waktu Malaysia.
Pemerintah Malaysia telah mengeluarkan Perintah Kontrol Pergerakan yang menyerukan langkah-langkah, seperti melarang acara publik dan keagamaan, larangan perjalanan, larangan turis, penutupan sekolah dan lembaga pendidikan, sampai penutupan senagian bisnis kecuali sektor vital.