Sedih, Kekurangan Makanan Bikin Beruang Kutub Saling Mangsa
- Pixabay
VIVA – Kasus beruang kutub yang saling membunuh dan memakan satu sama lain angkanya semakin bertambah. Itu karena habitat mereka di Kutub Utara mulai terganggu, akibat es yang mencair dan aktivitas manusia, menurut seorang ilmuwan Rusia.
Dikutip dari situs Mirror, Senin, 2 Maret 2020, pakar beruang kutub, Ilya Mordvintsev mengatakan kasus kanibalisme antar beruang merupakan fakta yang sudah lama. Kasus tersebut diklaimnya semakin meningkat.
Dalam sebuah presentasi di Saint Petersburg ia menjelaskan perilaku itu mungkin disebabkan karena kekurangan makanan. Dalam beberapa musim tidak ada cukup makanan, membuat pejantan menyerang betina dan anaknya.
Meningkatnya jumlah kasus mungkin karena ada banyak orang yang bekerja di Kutub Utara dan melaporkan hal tersebut. Informasi yang didapatkan tidak hanya dari ilmuwan, tapi juga dari pekerja minyak dan pegawai kementerian pertahanan.
Pasalnya musim dingin ini di Teluk Ob ke Laut Barents, tempat biasa hewan itu berburu menjadi lalu lintas yang sibuk bagi kapal yang mengangkut gas alam cair.
"Teluk Ob selalu menjadi tempat perburuan beruang kutub. Sepanjang tahun es di sana telah pecah. Situasi ini berhubungan dengan ekstraksi gas aktif di semenanjung Yamal yang berbatasan dengan Teluk Ob dan perilisan kilang LNG Arktik," jelasnya.
Rusia jadi negara pengekspor minyak dan gas utama di dunia. Mereka juga ingin mengembangkannya di Kutub Utara. Sementara peneliti lainnya mengungkap bahwa hewan tersebut bergerak menjauh dari tempat perburuan tradisional karena es yang mencair.
Vladimir Sokolov mengatakan, level es di sana pada musim panas turun 40 persen. Ia meramal bahwa beruang kutub pada akhirnya tidak akan lagi berburu di es laut dan terbatas di pantai dan kepulauan.
"Warga Rusia yang tinggal di pemukiman Arktik telah membunyikan alarm karena ada lusinan beruang yang memasuki habitat manusia. Mereka menggerebek tempat pembuangan sampah untuk mencari makanan," katanya.