Ada Ledakan Besar dan Kuat dari Lubang Hitam Supermasif
- U-Report
VIVA – Ilmuwan berhasil mendeteksi ledakan kosmik terbesar yang sangat kuat. Ledakan ini menimbulkan lekukan besar seukuran 15 kali Galaksi Bima Sakti di ruang sekitarnya. Ledakan diperkirakan berasal dari lubang hitam supermasif di Galaksi Ophiuchus, yang berjarak sekitar 390 juta tahun cahaya dari Bumi.
Ilmuwan dari Naval Research Laboratory di Washington DC, Amerika Serikat (AS), Simona Giacintucci, menggambarkan ledakan ini sebagai versi astronomis dari letusan Gunung Berapi St Helens pada 1980.
Kala itu, letusan tersebut merobek bagian atas Gunung St Helens. "Perbedaan utama adalah bahwa Anda bisa memasukkan 15 Galaksi Bima Sakti secara berturut-turut ke dalam kawah. Letusan ini menghantam gas panas gugus tersebut," kata Giacintucci, seperti dikutip dari The Guardian, Senin 2 Maret 2020.
Kluster galaksi merupakan salah satu struktur terbesar di alam semesta yang mengandung ribuan galaksi, materi gelap, dan gas panas. Di jantung Kluster Ophiuchus ada galaksi besar yang berisi lubang hitam supermasif dengan massa setara dengan 10 juta Matahari.
Meskipun lubang hitam dikenal sebagai lubang pembuangan yang mampu 'menelan' benda apapun yang melayang dalam jarak dekat, namun lubang hitam itu juga mengeluarkan material dan energi dalam jumlah yang luar biasa. Ledakan terjadi ketika plasma bertambah di sekitar pusat lubang hitam.
Dalam hal ini, para ilmuwan berpikir bahwa sebuah pancaran gas akan mengalir dalam sinar yang sempit untuk jarak tertentu, kemudian menabrak sesuatu di luar angkasa, yang menyebabkan sinar itu meledak keluar dalam ledakan emisi radio.
Maxim Markevitch dari Goddard Space Flight Center NASA di Greenbelt, Maryland, AS lalu membandingkan proses tersebut dengan aliran udara yang melintasi sedotan minum dan kemudian berubah menjadi gelembung di ujung sedotan.
Petunjuk pertama dari ledakan raksasa itu terlihat oleh Chandra X-ray Observatory NASA pada 2016, yang menunjukkan tepi cekung yang tidak biasa di kluster galaksi Ophiuchus.
Pengamatan terbaru kemudian dilakukan dengan menggabungkan data dari Chandra dan ESA's XMM-Newton Observatory Space, data radio dari Murchison Widefield Array (MWA) di Australia dan Giant Metrewave Radio Telescope (GMRT) di India untuk memberikan bukti baru yang meyakinkan untuk meneliti ledakan tersebut.