Facebook Menang Banyak, Sudah 2 Miliar Orang Pakai WhatsApp
- Instagram/@whatsapp
VIVA – Media sosial Facebook menang banyak karena sudah 2 miliar orang di seluruh dunia pakai aplikasi pesan instan WhatsApp. Artinya, jumlah itu sekitar seperempat dari total populasi dunia. Mereka juga mengklaim kalau pengguna WhatsApp juga dilindungi oleh enkripsi.
"Kami ingin menginformasikan bahwa pengguna WhatsApp sampai saat ini sudah mencapai 2 miliar orang. Perlindungan enkripsi adalah supaya tidak ada orang lain yang bisa membaca pesan, termasuk kami sendiri. Hanya pengirim serta penerima pesan saja yang bisa membaca," demikian keterangan resmi WhatsApp, Jumat, 14 Februari 2020.
Mereka juga menjelaskan saat pertama kali membuat akun di platform pesan instan akan tercipta dua kunci yaitu bersifat pribadi dan publik. Kunci pribadi adalah milik pengguna itu sendiri dan di dalam ponsel serta tidak dibagikan untuk siapapun. Sedangkan kunci publik adalah kunci yang digunakan orang untuk terhubung pengguna.
"Cara kerjanya begini. Ketika Anda membuka akun WhatsApp Anda untuk pertama kalinya tercipta dua kunci. Kunci pribadi dan kunci publik. Kunci pribadi adalah milik Anda yang ada di dalam ponsel Anda dan tidak boleh dibagi ke siapa pun. Sedangkan kunci publik adalah hal yang digunakan orang untuk terhubung dengan Anda," kata WhatsApp.
Saat seseorang mengirim pesan maka ponsel akan mengakses kunci publik. Ini membuat awal percakapan yang aman. Pesan yang terkirim akan langsung terenkripsi dan masih dalam keadaan terenkripsi saat dikirim. Saat pengguna menerima pesan, ponsel akan menggunakan kunci pribadi untuk membuka pesan terenskripsi itu.
"Perlu diketahui bahwa proses ini tidak hanya terjadi dalam sekali putaran. Dengan WhatsApp ‘Penerusan pesan rahasia’, kunci-kunci tersebut akan terus menerus berubah untuk memastikan setiap pesan terkirim memiliki kunci terenkripsi tersendiri yang hanya dapat dibuka oleh pengirim dan penerima," tutur salah satu anak usaha Facebook ini.
Meski menjadi media sosial dengan pengguna terbanyak di dunia, namun WhatsApp tak lepas dari kritikan. Aksi peretasan yang terjadi pada pendiri Amazon, Jeff Bezos membuat pendiri Telegram, Pavel Durov, geram.
Dalam tulisan di blog pribadinya, Durov mengkritik pedas WhatsApp dan menyebut aplikasi itu berbahaya untuk digunakan. Menurutnya, platform milik Facebook itu membuat kesalahan soal end-to-end encryption yang tidak akan melindungi pengguna dari pelanggaran.
"WhatsApp menggunakan kata end-to-end encryption sebagai mantra ajaib yang dengan sendirinya seharusnya membuat seluruh komunikasi aman. Namun, teknologi ini bukan peluru yang menjamin privasi Anda dengan sendirinya," tulis Durov.
Lebih lanjut, Durov mengklaim bug keamanan WhatsApp sebenarnya ditanam pada backdoors. Ini dilakukan untuk mematuhi dan menenangkan lembaga penegak hukum. Jadi jaringan sosial itu bisa melakukan bisnis tanpa terganggu di negara seperti Iran dan Rusia.
Di sisi lain, Durov bercerita jika Telegram didekati oleh lembaga yang sama. Namun dia mengklaim jika pihaknya menolak untuk bekerja sama. "Sebagai hasilnya, Telegram dilarang di sejumlah negara di mana WhatsApp tidak memiliki masalah dengan pihak berwenang, paling mencurigakan di Rusia dan Iran," kata dia.