Oscar 2020 di Bawah Ancaman Gendam Digital
- U-Report
VIVA – Penghargaan bergengsi perfilman Oscar 2020 tidak lepas dari ancaman phishing dan malware. Meski gelaran itu sudah selesai, namun bukan berarti ancaman serangan gendam digital itu berhenti. Phishing misalnya, menjadi alat kejahatan siber yang paling diminati oleh para peretas atau hacker di dunia.
Karena, phishing bisa mengambil informasi sensitif seseorang. Mulai dari username, password, hingga nomor kartu kredit, lewat sebuah email. Ibaratnya phishing seperti gendam, data pribadi pengguna dirampok tanda disadari.
Perusahaan keamanan siber asal Rusia, Kaspersky, melaporkan tiga nama film yang masuk nominasi Oscar 2020 dipilih para hacker untuk dijadikan file yang di dalamnya berisi phishing atau malware. Ketiganya adalah Joker, 1917, dan The Irishman.
"Joker menempati urutan pertama dengan 304 file, film perang 1917 memiliki 215 file, The Irishman dengan 179 file berbahaya," kata Analis Malware Kaspersky, Anton Ivanov.
Ia juga meneliti keberadaan file berbahaya pada peluncuran resmi film-film itu dan pengaruh keberadaan film pada streaming resmi terhadap pencarian di situs ilegal.
Hasilnya, Marriage Story tidak ditemukan malware saat perilisan namun pelaku mulai menggunakan judul film saat peluncuran di Netflix.
Pelaku tidak akan terikat dengan peluncuran perdana film. Alasannya, karena mereka tidak akan mendistribusikan konten apapun selain data berbahaya.
"Tapi, karena para aktor ini akan selalu memanfaatkan tren terkini, maka mereka akan bergantung pada permintaan pengguna dan ketersediaan file sesungguhnya," ungkapnya.
Untuk menghindari penipuan dari para pelaku kejahatan siber, Ivanov menyebut tetaplah berpegang dan berlangganan pada platform streaming resmi untuk memastikan pengguna aman tanpa harus khawatir akan adanya ancaman hacker.
Gelaran Oscar 2020 di Los Angeles, Amerika Serikat (AS) usai sudah. Namun, ada ancaman serius yang mengatasnamakan film-film terbaik dari ajang tersebut. Ancaman phishing dan malware ancam para penonton film-film yang masuk nominasi Best Picture.
Ivanov menyebut metodenya pun beragam. Ada yang mengambil server dan berbagai rincian data pribadi, install adware, serta rincian kartu kredit. Namun, pada akhirnya para penonton tidak mendapatkan konten apapun.
Pelaku juga membuat akun Twitter untuk distribusi tautan konten serta file berbahaya yang disebar melalui saluran berbeda.
File berbahaya ini menyebar di internet dengan kedok salinan film yang mendapatkan nominasi pada ajang tersebut. "Kami sudah melakukan analisa terhadap 9 film yang dinominasikan sebagai Nest Picture di Oscar 2020," tutur Ivanov.