Mark Zuckerberg Bangun Dinasti Politik di Facebook
- VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVA – Mark Zuckerberg sedang membangun dinasti politik di Facebook. Hal ini karena ia merekrut Drew Houston, yang diketahui sebagai sohib sekaligus CEO Dropbox, sebagai dewan direksi Facebook.
"Drew membawa perspektif yang berharga di Facebook. Sebagai pemimpin perusahaan teknologi dengan layanan yang digunakan oleh jutaan orang dan pebisnis, dia berpikir mendalam tentang ke mana arah teknologi dan bagaimana membangun budaya yang memberikan layanan yang selalu berfungsi dengan baik," kata dia seperti dikutip dari situs Facebook, Selasa, 4 Februari 2020.
Houston akan menggantikan Susan Desmon-Hellman yang meninggalkan kursi dewan direksi sejak Oktober 2019. Houston dan Zuckerberg telah menjadi sahabat selama delapan tahun. Zuckerberg juga diketahui hadir saat ulang tahun Houston di San Fransisco, Amerika Serikat (AS).
Nampaknya, Houston sangat menghormati pendiri Facebook itu. Ia merasa menemukan mentor yang sehati di dalam diri Zuckerberg yang membawa Facebook menjadi perusahaan terbuka di Bursa Efek New York pada 2012, atau beberapa tahun sebelum Dropbox memulai perjalannnya.
"Dia (Zuckerberg) memberi saya banyak nasehat. Bagaimana membangun perusahaan, bagaimana mengatur karyawan dan bagaimana mengatur sistem supaya berjalan seirama" ujar Houston. Ia juga diketahui jebolan Fakultas Ilmu Komputer dari MIT, tempat di mana Houston memiliki gagasan atas berdirinya Dropbox.
Dengan demikian anggota dewan Facebook saat ini adalah Mark Zuckerberg, Peggy Alford, Marc L. Andreessen dan Andreessen Horowitz, Kenneth I. Chenault, Drew Houston, Sheryl K. Sandberg, Peter A. Thiel, serta Jeffrey D. Zients.
Sebelumnya, miliarder Amerika Serikat (AS) keturunan Yahudi yang pernah bikin Indonesia dan sejumlah negara di Asia Tenggara krisis ekonomi pada 1997, George Soros, serang Mark Zuckerberg. Ia menuding bos Facebook itu sebagai pendukung Presiden AS Donald Trump pada pemilu tahun ini.
Soros tak pernah bosan melancarkan serangan terhadap Zuckerberg karena dianggap tidak bertanggung jawab atas seluruh isi konten platform dan hanya mencari keuntungan belaka dengan mengorbankan data pribadi pengguna.
"Dia (Mark Zuckerberg) harus keluar dari Facebook. Saya sangat khawatir kalau Zuckerberg memanfaatkan posisinya sebagai orang nomor satu di Facebook untuk membantu Presiden AS Donald Trump terpilih kembali dalam pemilu tahun ini," tegas dia, seperti dikutip dari Sputniknews.
Soros melanjutkan, keputusan Facebook untuk tidak mengharuskan pengecekan fakta untuk iklan kandidat politik tahun ini merupakan sebuah pernyataan yang salah, dimanipulasi, ekstrem, dan sangat provokasi.