Cek Penyebaran Wabah Virus Corona Lewat Peta Digital, Indonesia Ada?
- vstory
VIVA – Peta digital disiapkan untuk melakukan pengecekan penyebaran wabah Virus Corona (Coronavirus/nCov) yang telah menewaskan 106 orang dengan jumlah kasus mencapai 4.193 kasus tersebut. Apakah Indonesia masuk radar peta digital yang terkena virus ini?
Peta online yang diciptakan oleh peneliti dari Universitas John Hopkins di Amerika Serikat (AS) itu diklaim mampu melihat penyebaran Virus Corona.
Dikutip dari situs Business Insider, Selasa, 28 Januari 2020, platform tersebut memiliki kemampuan melacak dan memvisualisasikan laporan terkait Coronavirus.
Data pada peta berasal dari Center for Disease Control and Prevention, World Health Organization, CDC China, serta sumber lain dengan pemetaaan sistem informasi geografis.
Ketika laporan masuk, peta digital langsung melacak total kasus yang dikonfirmasi dan jumlah kematian, serta jumlah pemulihan.
Setiap titik merah pada wilayah mewakili wabah dengan ukuran yang sesuai relatif wabah. Menurut pantauan VIVA, pada peta tersebut terlihat titik merah di sebuah wilayah. Bulatan terbesar berada di wilayah China, Taiwan, Korea Selatan, Jepang, Jerman, Prancis, dan AS.
Selanjutnya, untuk wilayah Asia Tenggara ada Thailand, Kamboja, Malaysia dan Singapura. Khusus Indonesia, sejauh ini tidak ada titik merah yang mengindikasikan adanya manusia yang terjangkit Virus Corona tersebut.
Dalam peta digital ini juga ada chart perbandingkan kasus Virus Corona yang sudah terkonfirmasi. Terlihat pula bahwa daratan China jumlah penderita Virus Corona menanjak drastis dibandingkan di lokasi/negara lain.
Platform ini menyediakan jumlah kasus termasuk kematian dan kasus yang sudah sembuh. Anda juga bisa mengeceknya di laman https://gisanddata.maps.arcgis.com/apps/opsdashboard/index.html#/bda7594740fd40299423467b48e9ecf6?
Sebelumnya diberitakan China memakai obat HIV (human immunodeficiency virus) untuk meredam penderita Virus Corona (Coronavirus/nCov).
Virus yang masih 'bersaudara' dengan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS) itu juga telah menyerang 13 negara.
Virus ini diketahui menyerang sistem pernapasan, di mana hal ini juga menjadi penyebab kematian pada pengidapnya. Pemerintah negeri Tirai Bambu dilaporkan menggunakan zat lopinavir dan ritonavir untuk mengobati pasien yang terinfeksi Virus Corona.
Nah, kedua senyawa ini merupakan komposisi dari obat untuk penderita HIV bertajuk "Kaletra" yang diproduksi AbbVie. Artinya, China melakukan kelinci percobaan terhadap pasien terinfeksi Virus Corona dengan memberikan obat HIV.
Informasi ini dibenarkan oleh Komisi Kesehatan Nasional China (National Health Commission.NHC) di Beijing. Namun, mereka mencoba merekomendasikan pasien untuk mengonsumsi dua tablet lopinavir dan ritonavir dua kali sehari.
"Pasien juga disarankan mendapatkan satu dosis alpha-interpheron dengan nebulizer dua kali sehari," demikian keterangan resmi NHC.