Benarkah Virus Corona Senjata Biologi yang Dikembangkan China?

Ilustrasi tentara inspeksi senjata biologi.
Sumber :
  • Defence Connect

VIVA – Virus Corona (Coronavirus/nCov) tiba-tiba membuat publik dunia tersentak. Virus penyebab pneumonia misterius ini pertama kali ditemukan di Wuhan, China, sejak akhir 2019. Berdasarkan laporan dari Komisi Kesehatan Nasional China bahwa 56 orang tewas dan 1.320 lainnya terinfeksi dari total 1.975 kasus Virus Corona.

Mengutip data dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan sumber lain yang diolah VIVA, Virus Corona berasal dari hewan lalu menjangkit hewan lainnya seperti kelelawar, burung, monyet, ayam, sapi, hingga tikus.  

Wabah virus ini hampir mirip dengan Sindrom Pernapasan Timur Tengah atau MERS dan Sindrom Pernapasan Akut Parah atau SARS. Ketika Virus Corona menginfeksi hewan, maka yang terjadi adalah gangguan pernapasan.

Coronavirus tidak stabil ketika berada di udara, hanya mampu hidup selama 3 jam, sehingga kecil kemungkinan penularan lewat udara. Adapun penyebaran virus lebih dimungkinkan lewat bersin atau batuk dari orang yang terinfeksi kepada orang yang ada di dekatnya.

Gejala orang yang terkena Virus Corona antara lain demam, sulit bernapas, dan batuk kering. Tak ayal, Virus Corona telah menjadi sosok yang mengerikan. Lantas, apakah Coronavirus bagian dari senjata biologi?

Pakar senjata biologi Dany Shoham menduga kalau Virus Corona adalah program senjata biologi rahasia China. Hal ini terungkap dari data rekaman milik Radio Free Asia yang menyiarkan ulang laporan televisi lokal Wuhan pada 2015.

Kala itu, Pemerintah Kota Wuhan memperkenalkan laboratorium penelitian virus paling maju di China, atau Wuhan National Biosafety Laboratory, satu-satunya dinyatakan mampu mengerjakan virus-virus mematikan oleh China.

Bahkan, China sesumbar jika laboratorium ini disebut telah menerapkan P4 atau Pathogen Level 4, yakni status yang mengindikasikan fasilitas itu menggunakan standard keamanan terketat untuk mencegah penyebaran mikroba paling berbahaya.

Bursa Asia Fluktuatif saat Investor Tunggu Data Penting dari China dan Jepang Pekan Ini

Menurut Shoham, para peneliti di sana telah mempelajari Virus Corona sebelumnya, termasuk strain penyebab Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS), virus influenza H5N1, encephalitis Jepang, dan demam berdarah. Selain itu mereka juga mempelajari kuman penyebab antrax.

"Virus Corona yang sudah dipelajari di laboratorium itu mungkin disimpan di sana. SARS juga termasuk dalam program senjata biologi China. Virus itu diteliti di beberapa fasilitas terkait," kata Shoham.

Kangen Tanah Air, Prabowo Ingin Segera Pulang

Lebih lanjut, mantan perwira menengah intelijen militer Israel itu menjelaskan bahwa senjata biologi ini termasuk dalam bagian riset militer yang bersifat sangat rahasia dan tertutup.

Kecurigaan bertambah terhadap laboratorium ini karena lokasinya yang terletak 32 kilometer dari Pasar Seafood Huanan, tempat asal virus ini menjangkiti manusia. Meski dirancang dengan standard biosafety level 4, tidak menutup kemungkinan jika ada virus yang lolos dari laboratorium tersebut.

Perang Bintang AS dan China

"Begini, pada prinsipnya infiltrasi virus keluar dari sarangnya (laboratorium) bisa terjadi karena ada kebocoran atau infeksi tanpa disadari di dalam ruangan pada seseorang yang secara normal keluar dan masuk fasilitas tersebut. Itu termasuk di Wuhan National Biosafety Laboratory. Tapi sejauh ini belum ada bukti," jelasnya.

Gedung kongres Amerika Serikat, Capitol.

Anggota Kongres Sebut AS Sudah Bantu Israel Senilai Rp286 Triliun dalam Bentuk Senjata

Sejak genosida dimulai, AS telah memberikan lebih dari 18 miliar dolar AS (Rp286,2 triliun) dalam bentuk senjata kepada pemerintah Israel, kata anggota Kongres.

img_title
VIVA.co.id
22 November 2024