Hacker Bidik Event Olahraga, Pernah 'Sandera' Data Pertandingan
- YouTube
VIVA – Hacker atau peretas kini membidik event atau penyelenggaraan olahraga. Oleh karena itu, perhelatan olahraga, baik tingkat nasional maupun internasional, memiliki potensi mengalami serangan siber.
CEO NTT Indonesia, Hendra Lesmana, mengatakan infrastruktur siber yang bersifat publik memang sangat rentan untuk diserang. Ia pun mengingatkan supaya keamanan siber ditingkatkan.
"Analoginya begini. Pertandingan sepakbola di kelurahan itu perlu apa enggak ada polisi yang datang untuk jagain? Nah, bagaimana kalau pertandingannya di GBK (Gelora Bung Karno)? Tentu saja penjagaannya lebih besar dong," paparnya di Jakarta, Senin, 13 Januari 2020.
Hendra menceritakan, sebagai perusahaan penyedia layanan teknologi, NTT telah menjadi mitra untuk penyelenggaraan balap sepeda Tour de France sejak 2015.
Ia mengaku selama 20 hari acara terdapat sekitar 1,5 juta serangan siber. Dari semua serangan itu, Hendra mengklaim belum ada satu pun yang berhasil membobol sistem pertahanan NTT.
Baca: PON 2020 rawan serangan siber
Ia juga menjelaskan, salah satu serangan siber yang ditemukannya saat Tour de France adalah hacker menyandera data pertandingan. Tak hanya itu, Hendra mengaku mendapatkan email phishing seperti yang dialami orang-orang kebanyakan.
"Begitu datanya sudah disandera berarti komentator TV itu kan enggak bisa lihat. Seandainya ke ransomware pun enggak ada untungnya," ungkap Hendra.
Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) pernah mengingatkan bahwa Pekan Olahraga Nasional (PON) 2020 yang akan digelar pada 9 hingga 21 September di Papua berpotensi bergejolak akibat serangan siber.
Direktur Perlindungan Infrastruktur Informasi dan Kritikal Nasional BSSN, Agung Nugraha, mencatat infrastruktur digital yang dimiliki oleh Papua berbeda dengan di Jakarta.
Meski begitu, untuk persiapan keamanan siber PON, Agung mengaku belum mengetahuinya termasuk soal konsep pengamanan dari sisi siber untuk penyelenggaraan pesta olahraga nasional empat tahunan itu.