Blokir Deepfake, Cara Facebook Bersih-bersih dari Tuduhan Negatif
- U-Report
VIVA – Facebook sedang bersih-bersih. Mereka secara tegas akan memberantas video deepfake. Media sosial besutan Mark Zuckerberg itu lagi bersusah payah untuk 'cuci nama' atas tuduhan negatif selama ini, seperti penyebar hoax, pelanggaran data pribadi, ujaran kebencian (hate speech), serta kampanye hitam Rusia.
Sedikit informasi, deepfake adalah hoax berbentuk video, yang kemudian diedit dari video asli dengan teknologi artificial intelligence (AI) atau machine learning (ML).
Deepfake bertujuan untuk menciptakan video misinformasi dengan obyek manusia. Menurut Vice President of Global Policy Management Facebook, Monika Bickert, untuk bisa memblokir video deepfake, ada dua kriteria yang harus dipenuhi.
Pertama, video harus dimanipulasi dengan cara yang tidak terlihat oleh orang biasa dan ada kemungkinan akan menyesatkan. Kedua, video harus merupakan produk hasil editan AI atau ML.
"Deepfake masuk ke dalam konten yang kami blokir. Konten ini melanggar kebijakan komunitas Facebook lantaran menyajikan unsur ketelanjangan (nudity), ujaran kebencian (hate speech), dan kekerasan (violance). Kami terus membangun reputasi untuk mengatasi hoax dan konten negatif di platform," kata Bickert, seperti dikutip dari The Verge, Kamis, 9 Januari 2020.
Pada tahun lalu, para peneliti kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) di Facebook mengaku mereka telah membuat sistem ML yang bisa dipakai untuk mengidentifikasi seseorang dalam sebuah video. Dengan begitu, sistem AI ini mampu mendeteksi apakah sebuah video merupakan deepfake atau tidak.
Startup bernama D-ID dan sejumlah pihak membuat teknologi untuk mengidentifikasi gambar foto, namun ini adalah pertama kalinya identifikasi dilakukan di video. Pada tes awal metode ini mampu menggagalkan sistem pengenalan wajah yang canggih.
Kecerdasan buatan (AI) untuk modifikasi video bekerja otomatis dan tidak perlu dilatih ulang untuk diterapkan ke tiap video. Teknologi ini memetakan versi yang sedikit terdistorsi pada wajah seseorang untuk mempersulit face recognition dalam mengidentifikasi seseorang.
"Facial recognition dapat menyebabkan hilangnya privasi. Sementara, teknologi penggantian wajah mungkin saja disalahgunakan untuk membuat video menyesatkan," demikian bahasan dalam sebuah makalah tentang AI Facebook tersebut.