Bitcoin Menang Banyak dari Tewasnya Jenderal Iran Qassem Soleimani
- Smartereum
VIVA – Ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Iran berdampak pada kenaikan harga Bitcoin dan mata uang digital lainnya. Dilansir dari situs Independent, Rabu, 8 Januari 2020, pascapembunuhan Komandan Pasukan Khusus Iran, Mayor Jenderal Qasem Soleimani, harga Bitcoin terdongkrak hingga 5 persen.
Pada Selasa, 7 Januari pukul 23.30 waktu AS atau Rabu hari ini, 8 Januari 2020 WIB, harga Bitcoin melesat menjadi US$8.400 (Rp117 juta). Harganya ini mengalami kenaikan tajam dari awal tahun yang berkisar di angka US$8.080 (Rp113 juta).
Padahal, ketika Hari Raya Natal 2019 harga Bitcoin mengalami tren penurunan. Meski begitu, sulit mengaitkan suatu kejadian dengan kenaikan harga uang digital, tapi sepertinya geopolitik turut berkontribusi terhadap kenaikan harga, termasuk Bitcoin dan uang digital lainnya.
"Bitcoin adalah mata uang digital terbesar di dunia. Berdasarkan kapitalisasi pasar naik lima persen karena adanya berita yang cukup emosional pada Jumat minggu lalu," ungkap Kepala Eksekutif DeVere Group, Nigel Green.
Melonjaknya harga Bitcoin karena telah dianggap sebagai safe haven asset, layaknya emas atau minyak mentah. Artinya, aset ini akan dinilai sangat tinggi jika terjadi suatu krisis, karena menjadi komoditas paling dicari. Hal ini berbeda dengan uang yang investasinya lebih berisiko jika terjadi krisis.
Tidak hanya Bitcoin, menurut Green harga emas juga bergerak lebih tinggi. Tren seperti ini juga pernah terjadi saat tensi Perang Dagang AS dan China memuncak di tahun lalu, di mana bukan cuma Yuan yang didevaluasi tetapi saham global juga turut berguncang.
Saat pasar tradisional resah, investor biasanya mencari aset lain seperti emas dan Bitcoin untuk tetap menjaga nilai kekayaan mereka tidak berkurang drastis. Uang digital lainnya, seperti Altcoin, juga mengalami kenaikan yang signifikan, termasuk Riak (XRP) dan uang tunai Bitcoin.