Kubus Besar Ini Pakai Teknologi NASA, Ada Pesan untuk Manusia

Ilustrasi musik berbasis teknologi.
Sumber :
  • Dok. Istimewa

VIVA – Festival seni media baru berbasis teknologi, Wave of Tomorrow 2019, kembali hadir di Jakarta. Karya seni yang ditampilkan bakal menceritakan apa yang terjadi di masa kini dan memprediksi apa yang bakal terjadi.

Mengapa Generative AI Dapat Mengubah Pelayanan Publik Lebih Cepat dari yang Kita Duga?

Menurut Kurator Wave of Tomorrow 2019, Mona Liem, berbagai konsep dan teknik dihadirkan di ruang pameran. Mulai dari seni instalasi audiovisual, sensor, virtual reality (VR), robotik, teknologi luar angkasa, hingga artificial intelligence (AI).

"Ada tiga fase yang kami buat untuk konsep Wave of Tomorrow 2019. Yaitu legacy, now, dan tomorrow," tuturnya di Jakarta, Senin, 23 Desember 2019. Pada bagian Legacy, pengunjung akan menemui karya dari Maika dan Farhanaz Rupaidha.

Strategi Kadin Indonesia Dorong Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna di Daerah

Mona mengaku Maika berbicara soal warisan Borobudur yang menjadi kekayaan Indonesia, sedangkan Farhanaz mengenai Majapahit. Lalu bagian Now, lanjut dia, Wave of Tomorrow 2019 menantang isu-isu terkini. "Misalnya saja Notanlab yang menyentil isu tentang gadget atau ponsel pintar (smartphone)," jelas dia.

Kemudian, untuk bagian Tomorrow, Mona menyebut para seniman menulis ulang yang terjadi dalam sejarah namun bisa dibilang sebagai hal yang memprediksi masa depan.

AI dalam Diagnosis Dini Penyakit: Teknologi di Balik Alat Diagnosis Modern

Salah satunya seniman Ouchh asal Turki. Kreator yang baru saja memenangkan sebuah penghargaan di Istanbul itu menampilkan karya berjudul Data Gate.

Sebuah instalasi berbasis teknologi yang berfungsi memeriksa semua kompleksitas data dari luar angkasa dari waktu ke waktu, dan mentransformasinya menjadi data visual.

Karya Data Gate dari Ouchhh menghadirkan sebuah kubus besar yang diletakkan di tengah ruangan di ground floor. Karya ini terdiri atas tiga bagian yakni Bentuk, Cahaya, dan Luar Angkasa.

Menariknya lagi, Data Gate adalah seni rupa data astronomi pertama di dunia yang menggunakan machine learning (ML) untuk mengeksplorasi luar angkasa dan penelitian astronomi lewat data-data Kepler yang dimiliki Badan Antariksa Amerika Serikat atau NASA.

"Pesan yang ingin disampaikan adalah teknologi akan berperan penting dalam proses transformasi. Manusia hanya perlu beradaptasi dengan perubahan itu agar bisa tetap bertahan," ungkap Mona.

Sementara itu, Andhika Soetalaksana selaku vice president Sales and Partnership KiosTix menuturkan, ada banyak karya menarik dalam festival tersebut. Beberapa karya, lanjut dia, bahkan sangat baru dan sangat futuristik.

"Kita harus tahu agar bisa mengadaptasinya," ujarnya. Ia lalu mencontohkan Tundra, kreator asal Rusia, dengan karyanya yang berjudul The Day Left Field, di mana tampil sangat unik.

Sebab, ia memanfaatkan rumput yang memenuhi ruang untuk menciptakan efek audiovisual menarik. Wave of Tomorrow 2019 akan digelar di The Tribrata, Dharmawangsa, Jakarta Selatan pada 20-29 Desember mendatang.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya