Telkomsigma Ngaku Lebih Unggul dari Amazon, Tak Ada Harga Siluman

Logo AWS.
Sumber :
  • VIVA/Novina Putri Bestari

VIVA – Perusahaan layanan komputasi awan atau cloud computing dari luar negeri diketahui sudah membuka lahan bisnisnya di Indonesia. Sebut saja Amazon Web Services (AWS), Alibaba Cloud, dan Microsoft Azure.

GoTo dan Alibaba Jalin Kemitraan Strategis Dorong Inovasi Ekonomi Digital Indonesia

Meski begitu, bukan berarti perusahaan dalam negeri tidak bisa bersaing. PT Sigma Cipta Caraka atau Telkomsigma, anak perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk, baru saja mengumumkan kehadiran produk cloud computing, CloudA.

"CloudA merupakan produk asli Indonesia. Kami tidak kalah dengan AWS maupun Alibaba Cloud. Kenapa? Karena kami unggul dari sisi jaringan (network), keamanan (security) dan harga (price)," ujar Kepala Eksekutif Telkomsigma, Sihmirmo Adi di Jakarta, Rabu, 18 Desember 2019.

Mengajar Teknologi Tanpa Batas

Pertama soal jaringan. Sihmirmo mengaku, sebagai anak perusahaan Telkom, jaringannya menggunakan Telkom Hub. Kedua mengenai keamanan. Ia mengaku bahwa data center-nya ada di Indonesia.

"Dengan adanya local support 24x7 di Indonesia, maka produk kami patut jadi pilihan, terutama startup dan UMKM," jelasnya.

Alibaba Cloud Latih 2 Ribu Talenta Digital Lewat Kartu Prakerja

Kelebihan terakhir dari sisi harga. Sihmirmo menyebut tidak memberlakukan biaya yang tidak terlihat, atau siluman, untuk pelanggan. Misalkan, sedari awal mereka mencantumkan harga sebesar Rp250 ribu, maka harga sebesar itu adalah harga yang harus pengguna bayar.

"Kalau di AWS kan begitu trafik naik, kita dapat tambahan biaya. Itulah yang membuat pelanggan teriak. Murah di depan tapi ternyata biaya per bulannya juga semakin naik," tutur dia.

Vice President Cloud Development and Solution Telkomsigma, Arif Rosy, berpendapat bahwa menyimpan data di cloud memiliki beberapa kelebihan dibanding menyimpan secara fisik.

"Jadi menyimpan data di cloud dibanding fisik. Bisa dilihat dari sisi investasinya yang menjadi jauh berkurang (biayanya lebih sedikit)," ungkapnya.

Selain itu, lanjut Arif, menyimpan data secara digital juga lebih minim risiko. Misalnya, dari ancaman banjir, rayap, data rusak, data hilang, hingga terbakar.

"Bukan berarti tanpa risiko. Tapi jika terjadi sesuatu bisa kita manage. Tidak hanya simpan di satu tempat dan formatnya juga bisa diperkecil. Jadi, dari sisi daya tahannya pun juga lebih unggul," ujar dia.

Menteri BUMN Erick Thohir menggandeng Amazon Web Services [dok. Humas Kementerian BUMN]

Erick Thohir Gandeng Amazon Web Services untuk Pengolahan Data hingga Keamanan Siber BUMN

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir menggandeng Amazon Web Services (AWS) untuk melakukan pengolahan data hingga peningkatan keamanan siber di BUMN

img_title
VIVA.co.id
14 November 2024