BPPT: Impor Teknologi Bikin Karya Anak Bangsa Mubazir
- Dokumen BPPT
VIVA – Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Hammam Riza, mengingatkan agar rencana pembangunan di dua ibu kota baru di Kalimantan Timur (Kaltim) menggunakan teknologi dalam negeri. Ia mengatakan apabila menggunakan teknologi dari luar alias impor teknologi, maka mubazirlah teknologi karya anak bangsa.
"Inovasi kita harus dimanfaatkan. Jangan nanti semuanya impor teknologi. Memang, smart city atau kota pintar itu pakai teknologi tapi jangan semua (dari luar negeri). Maksimalkan juga teknologi yang kita punya," kata dia di Jakarta, Rabu, 18 Desember 2019.
Menurutnya, apabila hanya memanfaatkan teknologi impor, maka akan mubazir teknologi karya anak bangsa. Hal tersebut hanya akan memperlebar jurang defisit neraca perdagangan.
"Kalau bicara infrastruktur. Mau bangun jalan, bangun gedung, bangun apa saja. Materialnya punya kita sendiri, jangan impor lagi," tegas Hammam.
Soal tenaga insinyur, ia berharap pemerintah juga melibatkan insinyur dalam negeri untuk membangun infrastruktur di dua ibu kota baru. Hammam juga mengaku sudah diminta berpartisipasi dalam memberi solusi-solusi teknologi.
"Nanti kan di sana akan dihuni oleh ASN/PNS milenial. Artinya, pola kerja mereka serba digital. Sektor yang mengalami transformasi ini ada di bagian infrastruktur, kesehatan, hingga lingkungan hidup," tutur dia.
Kota pintar atau smart city, menurut Hammam, melingkupi lingkungan hidup, utilitas sampai ke energi pintar. Bahkan, energi terbarukan juga harus diupayakan masuk ke perencanaan ibu kota di Kalimantan Timur (Kaltim).
"Smart and green city sudah ada standardnya. Bagaimana pengelolaan lingkungannya, energinya. Kami melakukan pemetaan terkait sektor yang harus diungkit dengan inovasi teknologi," kata Hammam.