Tanpa Google, Huawei Yakin Bisa Move On dan Sukses
- Asia Times
VIVA – Pendiri sekaligus Chief Executive Officer Huawei, Ren Zhengfei yakin masih bisa menjadi merek smartphone top di dunia, meski tidak lagi menghadirkan perangkat lunak dan layanan Google di produknya.
Dikutip dari situs CNN, Selasa 3 Desember 2019, seharusnya mereka bisa menyalip Samsung yang tahun ini menjadi pabrikan smartphone nomor satu. Tapi, kemudian mereka tersandung masalah dan masuk ke dalam daftar hitam perdagangan Amerika Serikat.
Pembatasan itu melarang perusahaan teknologi yang berbasis di China tersebut, untuk melakukan kerja sama dengan Google, Intel dan Broadcom. Mereka hanya bisa menjual barang dan jasa ke Huawei, jika telah mendapat lisensi dari pemerintah untuk melakukannya.
Saat ini, pangsa pasar Huawei yang sebelumnya sudah meningkat, menjadi menurun drastis. Pelanggan di luar negaranya menjadi khawatir menggunakan Huawei, karena tidak memiliki akses ke Google Play Store.
Tanpa toko Android, pengguna Huawei tidak lagi bisa menikmati aplikasi populer, seperti Facebook hingga Google Maps. Meski begitu, Zhengfei masih yakin bisa jadi nomor satu, walaupun memakan waktu yang agak lama.
Beberapa perusahaan di negeri Paman Sam sudah mendapat lisensi, contohnya Microsoft. Ada juga yang ditolak, artinya tidak bisa berbisnis dengan Huawei. Menurutnya, Google belum menolak lisensi, tapi belum juga menerimanya.
"Kami suka bekerja dengan Google, jika memungkinkan. Saat ini, kami sudah menyiapkan rencana kedua dengan skala yang lebih besar," ujarnya,
Lebih lanjut ia menjelaskan, bahwa perusahaan tengah mengembangkan sistemnya sendiri, Harmony dan toko aplikasinya. Saat ini, tokonya itu baru menyediakan 45 ribu aplikasi, sedangkan Google setidaknya sudah memiliki 2,8 juta aplikasi.