Kemampuan Alamiah Perempuan Tidak Bisa Digantikan Robot

Yenny Wahid
Sumber :
  • VIVA.co.id/Misrohatun Hasanah

VIVA – Isu mata pencaharian yang disebut akan digantikan robot, memang sudah lama santer terdengar. Ternyata, isu ini juga turut dibicarakan oleh putri dari mendiang Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur, Yenny Wahid.

Presiden Jokowi Ingin Taruna dan Taruni Akmil Magelang Beradaptasi dengan Disrupsi Teknologi

Dalam rangkaian acara Disrupto 2019, Yenny menjadi pembicara 'Future of Women'. Di masa depan, lapangan pekerjaan justru membutuhkan kemampuan alami yang dimiliki perempuan.

"Perkembangan zaman tidak lagi menitikberatkan skill yang hanya dimiliki laki-laki. Kalau dulu, memang yang dicari yang berotot, sekarang kan bisa mengandalkan alat," katanya di Plaza Indonesia, Jakarta, Sabtu 23 November 2019.

Wapres: Pesantren Harus Jadi Benteng Serangan Modernisasi yang Negatif dan Disruptif

Wanita kelahiran 1974 itu menjelaskan, ke depan beberapa kemampuan yang dibutuhkan justru dimiliki perempuan. Misalnya saja, kemampuan alamiah melakukan kolaborasi.

"Lapangan pekerjaan ke depan banyak membutuhkan kemampuan manajerial perempuan. Mereka sangat dibutuhkan, karena harus mengisi lapangan pekerjaan yang membutuhkan keahlian tertentu," ujarnya.

Ridwan Kamil: Era Digital Lahirkan Disrupsi di Segala Aspek, Menguasai AI Jadi Sebuah Keharusan

Tantangan yang terjadi adalah disrupsi yang dibawa teknologi. Pekerjaan yang digantikan robot, adalah pekerjaan yang bersifat rutin dan yang sifatnya analisis. Misalnya saja, pekerja di pabrik, pengacara bahkan dokter.

"Tapi, ada kerjaan yg tetap dibutuhkan, pekerjaan apa itu? Pekerjaan yang membutuhkan empati, sentuhan kemanusiaan tetap dibutuhkan. Misalnya seperti suster," jelasnya.

Menurut Yenny tidak mungkin seorang anak kecil yang takut saat mereka tengah melakukan pengobatan, dirayu oleh robot atau mesin. Masih dibutuhkan tenaga manusia untuk mengatasinya.

Disrupto 2019 adalah acara yang mempertemukan para pelaku ekonomi, seperti startups, korporasi, modal ventura, dan instituasi keuangan lokal maupun global. Tujuannya adalah untuk mendukung ekonomi yang inklusif melalui teknologi inovatif, dan diselenggarakan pada 22-24 November 2019.

Selain robot, acara ini juga membahas soal affiliate marketing, yakni metode pemasaran digital yang menghubungkan antara bisnis, produk maupun jasa yang ingin beriklan (advertiser) dengan laman yang menampilkan iklan (publisher).

Chief Executive Officer Accesstrade Indonesia, platform affiliate marketing asal Jepang, Prayudho Rahardjo menjelaskan bahwa 81 persen konsumen melakukan pembelian berdasarkan saran, hasil review dan komparasi harga.

Para publisher berperan untuk mengulas dan mempromosikan produk dengan konten semenarik mungkin. Pembayaran iklan ke pihak publisher baru dilakukan, ketika terjadi aksi yang dikehendaki si pengiklan atau cost per action.

"Fintech menggunakan financial comparison site untuk mempromosikan produknya. Sementara, e-commerce kerap menggunakan coupon site atau price comparison site untuk mendongkrak penjualan," jelas Prayudho.

Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu.

Industri Pers Mengalami Disrupsi, Dewan Pers Apresiasi Jokowi Teken Perpres Publishers Rights

Dewan Pers mengapresiasi Presiden Jokowi yang menandatangani Peraturan Presiden Publishers Rights di tengah situasi industri pers mengalami disrupsi digital.

img_title
VIVA.co.id
21 Februari 2024