Mahasiswa Indonesia Belajar Config 5G Sampai ke China

Mahasiswa Huawei Seeds for the Future 2019
Sumber :
  • Gizmologi.id

VIVA – Sepuluh mahasiswa diketahui telah menghabiskan waktunya selama dua pekan di lab dan kampus milik perusahaan jaringan telekomunikasi terbesar di dunia, Huawei. Mereka tak hanya diajak belajar kultur dan bahasa China tapi juga melihat ‘daleman’ jaringan 5G.

Diketahui, banyak negara di dunia yang bersiap mengimplementasikan jaringan telekomunikasi generasi ke-5 tersebut. Indonesia pun tak terkecuali. Sayangnya, meski di beberapa kampus sudah ada ilmu teknologi tersebut namun perangkat yang digunakan untuk praktek tidak terjangkau harganya.

“Pelajaran paling berharga yang kami dapatkan di sini adalah konfigurasi 5G. Di kampus tidak diajarkan karena alatnya tak ada, harganya mahal. Makanya kami senang sekali dengan ini,” ujar Achmad Muammar Afinas, mahasiswa kampus teknologi dari Universitas Gajah Mada, seperti dikutip dari Gizmologi, Kamis, 21 November 2019.

Dia mengaku ini merupakan ilmu yang bisa mereka terapkan usai mereka kuliah nanti. Mengingat Indonesia kabarnya akan mengimplementasikan 5G dalam beberapa tahun ke depan. Kemungkinan 2023.

Afinas merupakan satu di antara 10 mahasiswa yang beruntung untuk bisa dididik di kampus dan lab Huawei di Shenzen. Di tempat itu, mereka diajarkan ilmu 5G configuration, dikenalkan dengan teknologi IoT dan ilmu telekomunikasi lainnya. Bahkan usai diajari, mereka mendapatkan sertifikat sebagai pengakuan atas keahlian mereka, yang bisa digunakan untuk bekal bekerja usai lulus kuliah.

Sembilan mahasiswa lainnya, peserta Seeds for the Future yang diadakan Huawei, adalah Samuel Christian Coe dan Wilson Rustiandy dan ITB, Christian Andrew Tantono dan Gusti Ngurah Satria Aryawan dari ITS, Espinal Adrinaldi dari Telkom University, Mochamad Zairy Fajar Ibrahim dan Achmad Fathur Rizki dari Universitas Indonesia, Sachi Hongo dan Vega Savera Yuana dari Universitas Padjajaran.

Saat berada di Shenzen, mereka tak menyadari telah berada hampir 2 minggu di China. Shenzen merupakan destinasi kedua setelah mereka menghabiskan waktu seminggu di Beijing. Mereka mengaku sangat terkesan dengan ilmu-ilmu yang mereka pelajari, termasuk mengenal budaya dan bahasa China, mempelajari mandarin dan menulis kaligrafi China, serta mengunjungi tempat-tempat yang sangat indah di negara tersebut.

Saat pertama datang ke Beijing, mereka disambut oleh Wakil Duta Besar RI untuk Republik Rakyat Tiongkok, Listyowati. Menurutnya, China merupakan negara yang tepat untuk belajar teknologi. Tiongkok yang berhasil memanfaatkan teknologi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan melahirkan berbagai unicorn digital. Selain memiliki perusahaan teknologi besar seperti Huawei, negara ini juga mempunyai startup unicorn terbanyak di dunia.

Sekjen OECD Temui Prabowo di Istana Jakarta

“Kalian tumbuh di saat yang tepat, di mana ekonomi digital di Indonesia sedang berkembang dengan masif. Kalian adalah bagian dari generasi Indonesi yang tumbuh di saat lingkungan sudah canggih dengan teknologi. Ini adalah tugas kalian untuk melanjutkan transformasi digital di Indonesia. Sebagai bagian dari transformasi itu, kalian harus memperkaya diri dengan pengetahuan dan pengalaman,” ujar Listyowati.

Sosialisasi di Kalangan UMKM Harus Lebih Maksimal

Sementara itu Yaya Sutarya, Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar RI, menegaskan pemerintah Indonesia terus mendorong program-program kerja sama peningkatan kapasitas sebagai program prioritas. Pihaknya terus menjalin kerja sama dengan perusahaan asal China di Indonesia yang jumlahnya mencapai 11 ribu untuk menggelar program CSR (Corporate Social Responsibility) dalam bentuk beasiswa.

“Peluang untuk mendapatkan beasiswa belajar di China lebih banyak. Kami rencanakan tahun depan menyiapkan 5.000 kuota mahasiswa yang akan belajar ke China sebagai kerja sama program CSR perusahaan China yang ada di Indonesia,” ungkapnya.

8 Rekomendasi IAGL–ITB untuk Kemandirian Energi, Dany Amrul Dorong Peran Penting Kampus

Seeds for the Future sendiri adalah program pemberdayaan sumber daya manusia di bidang TIK yang merupakan bagian dari Program CSR Huawei Global. 

Program yang sudah digelar selama 7 tahun ini merupakan upaya Huawei mendorong terlaksananya alih pengetahuan, serta meningkatkan pemahaman dan ketertarikan talenta muda Indonesia yang penuh potensi terhadap industri TIK. Hingga akhir 2018, program ini telah mendapat sambutan positif di 125 negara, sementara di Indonesia program ini telah berlangsung sejak 2013. Lebih dari 100 mahasiswa asal Indonesia telah berpartisipasi dalam program ini.

Ilustrasi cuaca panas/ekstrem.

2 Teknologi Diyakini Cocok untuk Iklim Tropis seperti Indonesia

Dengan dua teknologi, quartz dan fibra, maka dinding akan terlindungi dari cuaca ekstrem, sinar ultraviolet/Matahari, dan jamur.

img_title
VIVA.co.id
29 November 2024