Internet of Things Butuh Transfer Banyak Data? Belum Tentu
- www.pixabay.com/geralt
VIVA – Penerapan Internet of Things atau IoT di Indonesia semakin bertambah. Hal itu terbukti, dengan sejumlah perusahaan yang mencoba mengimplementasikan teknologi tersebut.
Chief Executive Officer Sigfox Indonesia, Irfan Setiaputra, mengatakan, IoT sudah lama dibicarakan di Indonesia. Namun, masih banyak juga belum tahu implementasi dari IoT.
"Kalau yang saya dengar, banyak orang yg tahu soal IoT. Tapi ,bagaimana mengimplementasikan yang cocok sama dia, kelihatannya masih belum," ujarnya di Jakarta, Rabu 13 November 2019.
Irfan mengatakan, sebenarnya variasi IoT itu sangat banyak. Salah satunya, adalah mobil yang bisa bergerak sendiri. Teknologi ini kerap disebut dengan istilah mobil otonom.
Mobil tanpa pengemudi tersebut, ujar Irfan, membutuhkan transaksi data yang sangat besar sekali. Itu sebabnya, dibutuhkan jaringan dan perangkat yang mumpuni.
"Data yang dikirim saat berjalan itu gede sekali, dia butuh respons besar dan cepet sekali. Kalau telat memberi informasi, akan nabrak," ungkapnya.
Irfan menjelaskan, jenis IoT lainnya adalah yang digunakan oleh Sigfox, yaitu Low Powered IoT. Berbeda dengan mobil otonom, konsep dari sistem ini mengirimkan data lebih kecil, dan tidak memerlukan respons serta informasi didapatkan sesekali.
Irfan mencontohkan, sensor yang digunakan untuk pintu rumah. Jadi, informasi yang didapatkan hanya saat pintu terbuka saja.
"Hanya saat pintu rumah dibuka. Kan enggak setiap hari kita buka pintu, berapa kali sih? Atau, pasang untuk suhu udara, kalau menyatakan udaranya kepanasan, berarti ada masalah. AC-nya enggak nyala," jelasnya.