Langit Ungu di Jepang Sebelum Topan Hagibis, Ini Penjelasan Sains
- Twitter @PHWeatherUpdate
VIVA – Langit Jepang kemarin berubah menjadi ungu merah muda, sebelum datangnya topan dahsyat Hagibis. Kalau dilihat sih indah ya guys, namun tahu enggak warna langit yang tajam itu menandakan terjadinya topan terdahsyat dalam 60 tahun terakhir di Jepang.
Nah, bagi kamu nih yang barangkali belum tahu ya. Langit ungu tersebut disebut dengan fenomena scattering. Langit ungu seringkali disebut muncul sebagai fenomena yang mendahului munculnya badai utama guys.
Dikutip dari laman Express, Minggu 13 Oktober 2019, scattering terjadi saat molekul dan partikel kecil di atmosfer memengaruhi arah cahaya. Kondisi ini menyebabkan cahaya tersebar.
Nah, badai dahsyat disertai hujan lebat cenderung menghanyutkan partikel lebih besar yang menyerap lebih banyak cahaya, dan kemudian menyebarkan panjang gelombang secara lebih merata. Hasilnya, rona redam yang keluar dari udara, membuat warna langit menjadi kian cerah dan tajam.
Pakar meteorologi, Lauren Rautenkranz menjelaskan, fenomena langit ungu itu pernah terjadi di Florida, Amerika Serikat setelah Badai Michael pada 2018.
"Saat sinar Matahari menyinari Bumi, sebagian besar warna spektrum mampu mencapai permukaan Bumi tanpa gangguan. Tapi panjang gelombang yang lebih pendek, yaitu biru dan ungu terhambur dalam setiap arah," jelasnya.
Warna ungu merupakan panjang gelombang terpendek dari spektrum warna. Makanya mata manusia tidak bisa melihatnya. Mata kita cuma bisa mendeteksi warna biru di langit.
Saat badai besar datang, warna ungu menjadi pengantarnya. Saat kondisi ini, udara menjadi sangat jenuh, awan dekat dengan tanah dan titik embun sangat tinggi. Nah apalagi kalau badai itu terjadi sekitar saat Matahari terbit atau terbenam. Maka akan tercipta warna langit yang sebenarnya.
"Kombinasi itu memungkinkan mata kita melihat warna asli langit. Sebab ungu sudah ada sejak awal, cuma kita tak bisa melihatnya saja," ujar Rautenkrantz.