Blokir Akses Internet Dikhawatirkan Jadi 'Hobi' Baru Pemerintah

Direktur Eksekutif SAFEnet, Damar Juniarto.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Misrohatun Hasanah

VIVA – Direktur Eksekutif SAFEnet, Damar Juniarto mengkhawatirkan ‘hobi’ pemerintah melambat dan blokir internet dan telekomunikasi. Dia khawatir kebiasaan ini lama-lama menjadi hal yang biasa bagi pemerintah.  

Airlangga hingga Agus Gumiwang Temui Prabowo di Istana Bahas Gas Murah

"Nah yang kita khawatirkan itu bukan hanya berulang, tapi dianggap menjadi sesuatu yang normal," ujar Damar ditemui di Kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, Jumat 23 Agustus 2019. 

Sejauh ini, catatan SAFEnet, pemerintah sudah tiga kali membatasi akses internet. Pertama saat rusuh pasca pengumuman pemenang Pilpres pada Mei lalu. Setelah itu, hampir mengulanginya pada Juni saat demo di depan gedung Mahkamah Konstitusi atas putusan hasil sengketa Pilpres 2019. Dan pekan ini, pemerintah melambatkan akses internet di dua wilayah di Papua. 

Terima Putusan MA, Pemerintah Siap Perbaiki Aturan Pinjol

Menurutnya, akan menjadi bahaya jika pemadaman internet dianggap hal normal. Meski dia memahami Indonesia punya banyak potensi konflik berdasarkan kelompok-kelompok termasuk ras dan agama. 

"Dan kalau sekadar alasannya adalah mengatasi konflik berbasis ras kemudian internet shut down, itu akan merugikan banyak pihak," kata dia.

Puan Pastikan DPR Cermati Program Prabowo-Gibran agar Sesuai Kemampuan

Lebih mengerikan, jika alasannya untuk menghentikan hoaks, ada potensi pemerintah makin ‘hobi’ memblokir atau melambatkan akses internet. Menurut Damar, tidak ada dasar hukum dan situasi darurat untuk menjadi pembenaran pemblokiran internet. 

"Penormalan ini akan punya potensi menurunkan kualitas informasi yang kita harapkan, tadinya kan kita ingin melawan hoaks dengan literasi digital, tapi kemudian dilawan bukan dengan literasi digital," jelas Damar. 

Ketua Dewan Pakar ASPRINDO, Didin S Damanhuri

Kampung Industri Jadi Salah Satu Alternatif Gerakan Ekonomi dari Pedesaan

Pertumbuhan ekonomi 8 persen yang dicanangkan pemerintah, membutuhkan tidak hanya upaya pemerintah di skala nasional tapi juga dari sektor perekonomian setiap wilayah.

img_title
VIVA.co.id
21 Januari 2025