Tak Ada Aplikasi Gratis, Data di Ponsel Jadi Bayarannya
- U-Report
VIVA – Sebagian besar aplikasi yang kita unduh akan meminta izin akses ke data-data yang tersimpan di ponsel kita. Ada sebagian aplikasi yang hanya mensyaratkan dibukanya lokasi GPS ponsel, ada pula yang permisi mau mengintip galeri, hingga membuka semua data, termasuk nomor kontak, kamera, hingga dokumen.
Mekanisme tersebut diberlakukan oleh pihak pengembang sebagai syarat agar kita dapat menjalankan aplikasi buatannya. Ketua Indonesia Cyber Security Forum (ICSF), Ardi Sutedja mengatakan, awalnya aplikasi hanya meminta izin mengintip sebagian data yang ada di smartphone. Tapi bukan berarti ke depannya mereka akan tetap konsisten sebagaimana permintaan awal.
"Itu yang dia (aplikasi) sampaikan. Yang tidak disampaikan, kan, kita tidak tahu. Tapi yang jelas hampir semua aplikasi mengambil data kita," katanya di daerah Senayan, Jakarta, Kamis, 1 Agustus 2019.
Lebih lanjut Ardi mengatakan, aplikasi juga belum tentu bisa menjaga data pribadi penggunanya. Dengan kata lain, ada potensi diperjualbelikan. Meski tidak mengatakannya secara gamblang (jual beli data), hal ini dilakukan secara bertahap.
"Wallahu 'alam dijual atau enggak. Tapi kita akan tahu (dijual) di kemudian hari. Serangan itu bertahap, malware yang ditanamkan dari jauh hari. Kemudian dia mempelajari bagaimana melakukan serangan. Polanya selalu begitu," ujarnya.
Menurutnya tidak ada istilah gratis meski pengunduhan suatu aplikasi sama sekali tak dipungut biaya. Pasti ada udang di balik batu, di mana ponsel menjadi sarana untuk menghimpun data secara mudah.
"Mengunduh aplikasi tidak ada yang memaksa, tapi kita punya kewajiban mempelajari segi-segi hukumnya. Penting dibangun kesadaran karena tingkat ketergantungan pada ponsel sudah tinggi, sedangkan perlindungannya belum ada," papar Ardi.