Twitter Medsos 'Ramah', Jumlah Pengguna dan Laba Jadi Nambah

Seorang pengunjung berpose di depan logo Twitter.
Sumber :
  • Instagram/@annavicc

VIVA – Perusahaan media sosial Twitter Inc. melaporkan bahwa platformnya mengalami kenaikan jumlah pengguna dan pendapatan selama kuartal II. 

Bebas Finansial! 3 Passive Income Profesional 2025

Seperti dikutip dari Los Angeles Times, Sabtu, 27 Juli 2019, laporan yang disampaikan Jumat kemarin itu berkaitan dengan kinerja Twitter dalam membuat platformnya lebih ramah bagi pengguna dan kemampuan menghapus akun palsu dan robot spam. 

Media sosial berlogo burung biru ini juga menyebut telah mengalami penurunan spam hingga 18 persen. 

DPR Minta Pemerintah Tak Andalkan PPN untuk Dongkrak Pendapatan Negara

Akan tetapi, memangkas spam dan membuat media sosial lebih kondusif itu juga memerlukan biaya. Hal ini berdampak pada laba perusahaan yang menjadi turun hingga 36 persen, sekitar US$37 Juta atau Rp18 miliar.

Namun hal itu kemudian diimbangi dengan kembali naiknya pendapatan mencapai 18 persen menjadi US$841 juta atau Rp11,7 triliun dari sebelumnya US$829 juta atau Rp11,6 triliun.

Komisi XI DPR Sebut PPN 12% Bisa Dongkrak Pendapatan Negara hingga Rp70 Triliun

Basis pengguna harian juga meningkat 14 persen, menjadi 139 juta, bertambah lima juta pengguna. Peningkatan pendapatan disebut karena pundi-pundi iklan yang lebih tinggi. Twitter juga dikatakan akan menambah karyawan, 20 persen lebih banyak di tahun ini.

"Memiliki percakapan yang sehat adalah cara untuk terus menumbuhkan audiens, produk dan platform. Perusahaan benar-benar memikirkan pertumbuhan di setiap kategori," kata Chief Financial Officcer Twitter, Ned Segal.

Pertumbuhan pengguna juga berasal dari luar Amerika Serikat. Segal melanjutkan, Twitter mengalami 14 persen pertumbuhan year-on-year (YoY). Artinya apa yang selama ini perusahaan lakukan untuk meningkatkan layanan, telah mendapat respons yang bagus.

Twitter memang diketahui berusaha meningkatkan percakapan sehat, setelah banyaknya kritik, yakni dinilai tidak melakukan banyak hal untuk menghilangkan ujaran kebencian hingga pelecehan di platformnya.

"Fokus besar kami selama setahun terakhir ini adalah untuk secara proaktif mengidentifikasi konten Twitter yang melanggar aturan, sehingga kami tidak memerlukan laporan dari  pengguna," kata Kepala Eksekutif Twitter, Jack Dorsey. [mus]

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya