Makan Siang Prabowo-Mega, Ada Ilmu Gastrodiplomacy

Prabowo dan Megawati bertemu 24 Juli 2019
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, bertemu dengan Ketua Umum Partai PDI Perjuangan Megawati, Rabu, 24 Juli 2019. Salah satu agenda pertemuan yang digelar di kediaman Megawati, di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat tersebut adalah makan siang bersama. 

Prabowo Temui SBY di Cikeas Bahas Investasi

Menurut Sekretaris Jenderal PDI-P, Hasto Kristiyanto, menu yang dihidangkan untuk Prabowo terbilang spesial. Ia mengatakan, Megawati sendiri yang memilah-milah bawang untuk dimasak secara khusus.

"Persiapan secara khusus, karena nanti acaranya juga dengan makan siang bersama. Sehingga menu makan siang pun oleh Bu mega dipersiapkan secara khusus. Tadi saya sampai melihat untuk memilih bawang yang dipakai untuk masakan pun Bu Mega memilihkan secara khusus," kata Hasto di kediaman Megawati, Jakarta Pusat, Rabu 24 Juli 2019. 

Zaidul Akbar Ungkap Penyebab Galau dan Cemas, serta Makanan untuk Anak Cerdas dan Stabil

Pertemuan Megawati dan Prabowo ini disebut sebagai diplomasi makan siang. Diplomasi merupakan seni dan praktik bernegosiasi oleh seseorang yang biasanya mewakili sebuah negara atau organisasi.

Ilustrasi makanan.

Terpopuler: Prabowo Naik Tank di Papua, Kans Jorge Martin Juara Dunia

Dalam kegiatan diplomasi, makanan kerap mengambil peran penting. Tak sedikit pertemuan antar tokoh yang di dalamnya dihidangkan menu istimewa. Dengan kata lain, makanan dimanfaatkan untuk menjalin hubungan dengan pihak tertentu demi mencapai tujuan bersama. 

Hal inilah yang menjadi latar belakang cabang ilmu gastrodiplomacy. Berasal dari gabungan gastronomi  (ilmu tentang makanan) dan diplomasi, ilmu gastrodiplomacy mempelajari sejarah bangsa melalui makanannya untuk tujuan interaksi. 

Negara-negara seperti Korea Selatan, Lebanon, Peru, Malaysia, Thailand, Vietnam, telah meluncurkan kampanye gastrodiplomasi. Mereka menggunakan makanan untuk memperluas pengaruh budaya, meningkatkan pariwisata, dan mempromosikan ekspor pertanian. 

Mengutip laporan situs vice (2018), di New York, terdapat banyak restoran Thailand. Meski jumlahnya tak melampaui jumlah restoran Meksiko dan China, namun menurut Kedutaan Besar Kerajaan Thailand di DC, hanya ada 300 ribu warga Thailand-Amerika, sedangkan restorannya 5.432. Angka ini menghasilkan rasio jumlah restoran Thailand di AS, cukup padat. 

Beyainatu, kuliner khas Ethiopia.

Dengan menggunakan taktik gastrodiplomacy atau diplomasi kuliner, pemerintah Thailand telah secara sengaja mendukung kehadiran masakan Thailand di luar negaranya untuk meningkatkan pendapatan ekspor dan pariwisata, serta keunggulannya pada tahap budaya dan diplomatik.

Gastrodiplomacy juga dilancarkan sebagai alat untuk memenangkan hati dan pikiran melalui makanan. Sebuah penelitian yang dimuat di researchgate.net mengungkapkannya dalam laporan bertajuk THE ROLE OF FOOD IN DIPLOMACY: COMMUNICATING AND “WINNING HEARTS AND MINDS” THROUGH FOOD (Peran Makanan dalam Diplomasi: Komunikasi dan 'Memenangkan Hati dan Pikiran' Melalui Makanan). Di sana juga tertera kalimat yang diatribusi atas nama Lord Palmerston: "Makanan adalah jiwa dalam diplomasi".

Pada dasarnya, makanan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia. Dalam hubungan diplomatik, makanan atau yang disebut juga 'sumber daya lunak' ini pun digunakan sebagai media untuk memproyeksikan pengaruh, mengkomunikasikan budaya seseorang, identitas, dan pesan yang mengekspresikan persahabatan maupun permusuhan. (ann)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya