Bambu Anies Kok Lebih Heboh dari Gempa Halmahera, Ini Analisisnya

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan selfie di depan instalasi bambu Getah Getih. Instalasi itu kini dibongkar karena rapuh.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Adinda Purnama Rachmani

VIVA – Beberapa hari belakangan ini, media sosial di Tanah Air panas dengan perbincangan pembongkaran instalasi seni bambu Getah Getih di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta. Perbincangan isu ini melahirkan dua kutub yaitu kubu pro dan kontra Anies Baswedan. Saking panasnya perbincangan soal instalasi bambu tersebut, masing-masing kubu saling serang narasi. 

PKS Ucapkan Selamat ke Anies, Pramono-Rano Berhasil Unggul di Pilkada Jakarta

Ternyata bagi warganet Indonesia, perbincangan instalasi bambu Getah Getih masih lebih menarik dibahas dibanding soal gempa, yang mana menjadi isu beberapa hari sebelum kontroversi instalasi seni tersebut. 

Data analisis percakapan media sosial, Drone Emprit menunjukkan, isu instalasi bambu lebih menyedot perhatian warganet Indonesia dibanding seputar Gempa Halmahera yang terjadi 14 Juli 2019.

Anies Sebut Situasi Pilkada 2024 Tenang: yang Rame Itu Sosmed

Jika di media sosial instalasi bambu Getah Getih lebih menarik dibahas warganet, dinamika sebaliknya terjadi pada media online. Pada platform berita daring, informasi soal Gempa Halmahera lebih banyak dibahas dan diwartakan dibanding soal instalasi bambu di Jakarta tersebut.

Dalam menganalisis percakapan dua isu tersebut, Drone Emprit menggunakan kata kunci Halmahera dan Bambu, dengan filter Anies, DKI, dibongkar dan Jakarta. 

Anies Telepon Pramono usai Pantau Quick Count, Langsung Ucapkan Selamat?

Data Drone Emprit menunjukkan, secara volume percakapan di media sosial, Bambu Anies mencapai 32 ribu mention sedangkan Gempa Halmahera cuma 18 ribu mention

"Meski isu Bambu Anies ini baru muncul empat hari setelah gempa, ternyata jumlah percakapannya jauh lebih besar," tulis Pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi di akun Facebooknya, Minggu 21 Juli 2019. 

Ismail mengungkapkan, pada periode analisis 13 sampai 21 Juli, Drone Emprit menemukan 69 persen atau sekitar 30 ribu mention di Twitter tentang Bambu Anies dibanding 31 persen atau 13 ribu mention tentang Gempa Halmahera. 

Tak jauh beda, di platform Facebook, Drone Emprit menemukan 75 persen mention tentang Bambu Anies dan 27 persen mention tentang Gempa Halmahera. 

Sementara dalam media daring masih proporsial dan faktual mana isu yang penting dari dua hal tersebut. Ismail mengungkapkan pada berita online, 85 persen atau 3924 mention pemberitaan adalah tentang Gempa Halmahera. Sedangkan mention pemberitaan Bambu Anies cuma 15 persen atau 708 mention

"Dilihat dari tren, artikel tentang gempa Halmahera juga masih terus lebih tinggi dibanding tentang Bambu Anies," ujar Ismail. 

Dari data tersebut, Drone Emprit menyimpulkan, bagi warganet Indonesia, isu pembongkaran instalasi bambu Getah Getih lebih penting dibandingkan Gempa Halmahera. Sedangkan bagi media online isu Gempa Halmahera masih lebih layak dikonsumsi publik dibanding pembongkaran bambu tersebut. 

Ismail mengatakan dengan fenomena tersebut, artinya warganet Indonesia masih 'terbalik' lebih tertarik membahas isu yang tingkat kepentingan publiknya lebih kecil.  

"Sebuah isu yang menjadi kepentingan publik (seperti gempa dan korban), bisa dilupakan atau ditutup dengan isu lain yang tingkat kepentingan publiknya jauh lebih rendah, namun tingkat kepentingan politiknya lebih tinggi," kata Ismail.

Sebagai catatan, Ismail memberi kredit kepada media online yang mana dalam konteks dua isu tersebut, masih bisa diandalkan sebagai pilar demokrasi. Sebab media online lebih banyak membahas isu yang lebih penting untuk dikonsumsi publik. 

Peta analisis

Temuan menarik Drone Emprit mengungkapkan kenapa percakapan Bambu Anies lebih besar dibanding Gempa Halmahera. 

Ismail mengatakan, pada isu Bambu Anies, peta analisis percakapan media sosial Drone Emprit menunjukkan lahir dua klaster besar yakni pro dan kontra Anies Baswedan. 

Sedangkan dalam isu Gempa Halmahera, cuma muncul satu klaster percakapan, yaitu klaster Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan USGS Amerika Serikat. Tapi menariknya, tulis Ismail, kalangan pro Anies berkontribusi mengamplifikasi isu Gempa Halmahera. 

"Kalau dibandingkan dengan SNA soal Bambu Anies, netizen yang mengamplifikasi dan turut meramaikan percakapan tentang gempa ini kebanyakan dari kalangan pro Anies. Tak tampak adanya influencer dan netizen dari kalangan kontra Anies yang secara signifikan terlibat dalam percakapan," ujarnya. 

Warganet pro Anies masih membahas kedua kejadian. Sedangkan warganet kontra Anies lebih tertarik membahas pembongkaran instalasi bambu dibandingkan gempa Halmahera.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya