Dokter UI Ciptakan Alat Olahraga Kaki bagi Pekerja Duduk

dr. Tata saat mempraktikkan pemakaian Kinesia
Sumber :

VIVA – Gaya hidup sedentari bisa menjadi sumber masalah kesehatan. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, sebanyak 24,1 persen penduduk Indonesia, atau satu dari empat orang, menjalani gaya hidup sedentari lebih dari enam jam.

IDI Tegaskan Dokter Tak Boleh Jadi Influencer Sampai Promosikan Produk Kesehatan

Buat kamu yang belum familiar dengan istilah sedentari, secara sederhana adalah cara hidup yang kurang gerak. Namun jika disamakan dengan mager (malas gerak), sepertinya kurang tepat juga, karena ada sebagian orang yang bukan lantaran malas, tapi mau tak mau terjebak dalam gaya hidup sedentari. 

Misalnya, pekerja kantoran yang harus duduk di belakang meja selama berjam-jam. Dampak yang paling kelihatan pada pelaku sedentari adalah kenaikan berat badan yang berujung pada obesitas. Meski untuk jangka panjang, sedentari ini dapat meningkatkan risiko penyakit seperti hipertensi, stroke, dan gangguan metabolik.

Nadin Amizah Kecewa Setelah Konsultasi Dokter Online, Kenapa?

Nah, kini ada kabar baik yang bisa menjadi solusi untuk mengatasi sedentari. Akademisi yang juga Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) telah merancang sebuah alat latihan fisik bagi para pekerja pada posisi duduk tanpa harus meninggalkan meja pada jam kerja.

Berdasarkan keterangan pers dari Humas UI, Jumat, 5 Juli 2019, Dr. dr. Listya Tresnanti Mirtha, Sp.KO menciptakan model alat latihan kardiorespirasi berbasis pijak kaki, yang dinamakan Kinesia. 

Dokter Lulusan Indonesia Mohammed Shabat Meninggal Dunia di Gaza

Dengan menggunakan protokol latihan khusus dan formula baru, Kinesia dapat menjadi alternatif modalitas untuk memprediksi nilai daya tahan kardorespirasi (VO2maks) atau tingkat kebugaran jasmani seseorang, serta menjadi sarana penunjang kesehatan di tengah kesibukan bekerja meskipun selalu duduk di depan komputer.
 
Kinesia dibuat ergonomis dan mudah digunakan oleh para pekerja tanpa terganggu dalam menjalankan pekerjaan. Sebagai alat latihan fisik, Kinesia dapat melatih tubuh para pekerja saat dalam posisi duduk, khususnya ekstremitas bawah untuk tetap aktif. 

Menurut keterangan, Kinesia telah diuji coba pada kelompok pekerja selama 12 minggu melalui program latihan fisik berbasis tempat kerja dan hasilnya dapat meningkatkan nilai prediksi VO2maks sebagai prediktor kebugaran jasmani pekerja dengan angka kepatuhan minimal 39,7 persen.
 
Latar belakang penelitian ini didasarkan atas kepedulian peneliti pada pekerja yang terjebak berperilaku inaktif selama menjalankan kewajibannya. 

Sebagian besar waktu pekerja akan dihabiskan di belakang meja dengan aktivitas monoton berupa duduk. Waktu menjadi kendala utama bagi pekerja melakukan aktivitas maupun latihan fisik dalam kesehariannya. 

dr. Tata menambahkan, “Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor terpenting yang menentukan tingkat kebugaran kardiorespirasi, karena tingkat daya tahan kardiorespirasi yang rendah telah diketahui sebagai faktor risiko penyakit jantung koroner dan kematian akibat penyakit kardiovaskular.”
 
Diharapkan Kinesia dapat menjadi solusi pada pemodelan latihan fisik berbasis tempat kerja. Sehingga tubuh bisa senantiasa aktif meski di tengah tuntutan jam kerja yang tinggi. 

Kinesia merupakan bagian dari penelitian disertasi dr. Tata ini. Ia telah berhasil memaparkan disertasinya yang berjudul “Model Alat Latihan Kardiorespirasi Berbasis Pijak Kaki Kinesia: Efektivitas terhadap Peningkatan Kebugaran Jasmani Pekerja Duduk” pada Senin, 1 Juli 2019 di IMERI FKUI kampus Salemba. Berkat penelitian tersebut, dr. Tata telah berhasil meraih gelar Doktor dalam Ilmu Kedokteran. (ann)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya