Diajarkan Coding, Mungkinkah Siswa Jadi Hacker?
- ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani
VIVA – Indonesia akan segera memiliki mata pelajaran teknologi dan informatika yang pengertiannya sama saja seperti mengajarkan coding kepada anak didik. Mata pelajaran ini disebut bisa berpotensi menjadikan siswa sebagai seorang peretas atau hacker.
Namun, menurut Pembina IGTIK PGRI, Indra Charismiadji, kemampuan meretas bisa dilihat dari dua sudut pandang. "Masalah meretas bisa dilihat dari sisi positif dan negatif. Tergantung dari sudut pandang mana kita melihat," katanya di Jakarta, Jumat, 28 Juni 2019.
Indra mengatakan, suatu saat jika anak didik sudah bisa berpikir kritis, mereka akan tahu hal baik apa yang harus mereka lakukan. Namun, di sini masalah utamanya bukan meretas tapi bagaimana siswa bisa berpikir kritis, kolaboratif, inovatif, kreatif, dan memiliki nalar yang tinggi.
Sementara itu, Ketua Smart Learning Center PGRI, Eko Indrajit, mengatakan mata pelajaran informatika tidak akan menjadikan anak didik sebagai hacker. Malah kemungkinan terbesarnya mereka akan melindungi suatu program dari peretas.
"Terbalik. Malah kemungkinannya mereka melindungi dari peretas. Nilai akhlaknya di situ. Bukan meretas, tapi melindungi," tutur Eko.
Mata pelajaran teknologi dan informatika akan dimulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Namun, setiap tingkatannya memiliki cara komunikasi yang berbeda. Untuk sekolah dasar, isi kurikulumnya tentu berbeda dengan tingkat menengah dan atas.
"Informatika akan melatih otak untuk berpikir logis, algoritmis, sistematis, dan holistik. Itu nilainya kalau kita belajar programming, itu yang kita tanamkan. Jadi kalau mereka sudah besar, tidak akan cepat-cepat mengambil keputusan, lebih dulu dipikirkan," ujar dia.