Telegram 'Ikut' Demo Hong Kong, China Lancarkan Serangan DDoS
- U-Report
VIVA – Aplikasi Telegram mengalami serangan Distributed Denial of Service atau DDoS bertubi-tubi pada Rabu kemarin. Pendiri Telegram, Pavel Durov mengungkapkan serangan berasal dari China.
DDoS merupakan serangan yang berusaha mengambil kontrol dari perangkat yang terinfeksi dengan malware untuk membebani server platform dengan membanjiri trafik dalam jumlah besar. Dampak serangan ini, mengganggu koneksi server di internet.
Telegram mengumumkan serangan itu di Twitter dan mengatakan pengguna di sejumlah negara termasuk Amerika Serikat akan mengalami masalah koneksi, dilansir laman Business Insider, Jumat 14 Juni 2019.
Namun untungnya, Telegram menyatakan situasi sudah stabil dengan langkah cepat dari platform tersebut.
Durov mengatakan, serangan itu berlevel aktor-negara terutama berasal dari IP yang berbasis di China. Dia mengatakan, serangan berbarengan dengan protes yang sedang terjadi di Hong Kong.
"Kebanyakan alamat IP berasal dari China. Secara historis, semua DDoS berukuran aktor negara (200-400 Gb/s of junk) kami alami berbarengan dengan protes di Hong Kong (dikoordinasikan pada @telegram). Kasus ini bukan pengecualian," ujar Durov dalam akun Twitter resminya.
Sebelumnya Telegram menjadi paling tren di App Store Hong Kong bersama aplikasi pesan peer-to-peer Firechat. Administrator kelompok Telegram dengan 30 ribu anggota juga ditangkap pada aksi demonstrasi Selasa kemarin, karena berkonspirasi untuk mengganggu publik.
Protes massa di Hong Hong merupakan penolakan RUU ekstradisi yang memungkinkan warga Hong Kong untuk diekstradisi ke daratan China dalam rangka diadili. Sejumlah kritik muncul dengan mengatakan aturan tersebut mengurangi status semi-otonom yang ada di Hong Kong. Dengan aturan itu juga menyebabkan warga akan diadili secara tidak adil karena China memiliki perlindungan hukum yang lebih rendah. (ali)