Tujuan Lahirnya Illuminati dan Haruskah Kita Takut?

Illuminati.
Sumber :
  • ancient-origins.net

VIVA – Belakangan ini, Illuminati ramai menjadi perbincangan publik setelah viral gambar masjid Al Safar rancangan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, yang dituduh memuat simbol Illuminati, yaitu berbentuk segitiga pada bagian mimbar.

Bantah Isu Usir Jemaah saat Gibran Salat Jumat di Semarang, Begini Penjelasan Paspampres

Lantas apa sebenarnya Illuminati itu? Haruskah ditakuti oleh kalangan awam?

Mengutip dari Wikipedia, secara historis nama ini merujuk pada Illuminati Bavaria, sebuah kelompok atau gerakan rahasia pada zaman pencerahan yang didirikan pada tanggal 1 Mei tahun 1776.

Menag Ungkap Masjid Negara di IKN Bakal Punya Imam Besar Seperti Istiqlal

Sejak diterbitkannya karya fiksi ilmiah postmodern berjudul The Illuminatus! Trilogy (1975-1977) karya Robert Shea dan Robert Anton Wilson, nama Illuminati menjadi banyak digunakan untuk menunjukkan organisasi persekongkolan yang dipercaya mendalangi dan mengendalikan berbagai peristiwa di dunia melalui pemerintah dan korporasi untuk mendirikan Tatanan Dunia Baru. Dalam konteks ini, Illuminati biasanya digambarkan sebagai versi modern atau keberlanjutan dari Illuminati Bavaria.

Sebuah artikel di laman Vox, yang dimuat pada 19 Januari 2016, menyebutkan bahwa organisasi tersebut didirikan oleh Adam Weishaupt, seorang profesor hukum Jerman yang sangat meyakini cita-cita pencerahan, dan ia berusaha mempromosikan cita-cita itu di kalangan elit. 

Masjid Negara di IKN Siap Dipakai Salat Idul Fitri 2025, Mampu Tampung Ribuan Jamaah

Weishaupt ingin mendidik anggota Illuminati tentang alasan, kedermawanan, dan nilai-nilai sekuler lainnya sehingga mereka dapat memengaruhi keputusan politik ketika sudah berkuasa.

"(Illuminati) Itu cukup ambisius meski hanya ada enam atau sembilan orang, tetapi mereka benar-benar ingin mengambil alih dunia," kata Chris Hodapp, penulis buku teori konspirasi (Conspiracy Theories and Secret Societies for Dummies with Alice VonKannon).

Sementara itu, terkait polemik masjid Al Safar dan desain segitiga, Ridwan Kamil sendiri sudah memberikan klarifikasi. Ia menyatakan bahwa ketika menempuh pendidikan sebagai arsitek, pria yang akrab disapa Kang Emil itu pernah berkonsultasi pada ulama tentang aturan desain pembangunan masjid.

“Saya ingin ulama bersepakat dulu supaya dapat panduan. Waktu saya kuliah juga saya tanya ke ulama, kalau mendesain masjid bagaimana aturannya?" ujarnya dalam dialog ‘Silaturahim dan Diskusi Umum Bersama Membangun Umat’ dengan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat, Rachmat Syafe’i, dan Ustaz Rahmat Baequni di Masjid Pusdai Kota Bandung, Senin, 10 Juni 2019.

"Tidak ada dalam aturan harus bentuk gini bentuk gitu, ini tidak bertentangan, tidak ada rumus baku dalam mendesain masjid, tiap arsitek boleh merepresentasikan masjid,” sambungnya.

Emil juga mengatakan bahwa bentuk atau desain apa pun tidak akan merusak iman yang kuat, alih-alih terganggu oleh simbol segitiga dan secara mudah mengaitkannya dengan Illuminati. 

"Saya meyakini kalau iman kita kuat mau kita melihat apa pun geometri, dan visual tidak mengubah iman kita," ujar dia. (ann)

Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar

Menag Nasaruddin Umar: Seribu Hektar di PIK Tak Ada Suara Azan

"Mestinya kita jangan biarkan daerah Jakarta ini tidak ada masjidnya. Sekitar 1.000 hektare di Pantai Indah Kapuk (PIK) tidak ada suara adzan," ujarnya

img_title
VIVA.co.id
21 Desember 2024