Tanda IQ Tinggi: Cenderung 'Nyeleneh' Ketimbang Mayoritas Orang
- U-Report
VIVA – Memiliki jiwa yang bebas dan menolak untuk menyesuaikan diri dengan orang lain adalah tanda IQ tinggi. Hal ini menurut penelitian sebagaimana dimuat dalam PsyBlog yang ditulis oleh psikolog, Jeremy Dean.
Esai tersebut mengatakan, orang dengan kecerdasan yang lebih tinggi, lebih cenderung memilih untuk membuat keputusan sendiri, alih-alih mengikuti penilaian kebanyakan orang.
Sebagai makhluk hidup, manusia sangat mudah terbuka terhadap pengaruh sosial, yaitu seseorang suka meniru orang lain karena merasa aman berada atau melakukan hal serupa dengan populasi. Namun, efeknya dapat merusak karena beberapa akan menyangkal indra mereka untuk memiliki pandangan lain.
Sebaliknya, mereka yang memiliki IQ lebih tinggi hanya mengikuti pandangan umum, dengan pertimbangan strategis.
Untuk penelitian ini, 101 orang diberi tes berupa membandingkan panjang garis yang berbeda.
Mereka hanya harus memutuskan mana yang terpanjang, tetapi tidak sampai diberitahu apa yang dipikirkan orang lain.
Hasilnya jelas menunjukkan bahwa orang akan menolak informasi dari indera mereka sendiri agar sesuai dengan apa yang dipikirkan orang lain. Dengan kata lain, banyak orang lebih suka menjadi mayoritas, daripada menjadi benar.
Namun, lebih banyak orang pintar cenderung tidak setuju dengan mayoritas. Studi klasik tentang pengaruh sosial dilakukan oleh Profesor Solomon Asch hampir 70 tahun yang lalu.
Dia menemukan bahwa 76 persen orang menyangkal indra mereka sendiri setidaknya sekali demi diterima dalam pergaulan dengan orang lain.
Namun, sering kali kesesuaian sosial bukanlah hal yang buruk, kata Dr Michael Muthukrishna, yang memimpin penelitian:
“Orang-orang konformis - dan itu hal yang baik untuk evolusi budaya. Dengan menjadi konformis, kita menyalin hal-hal yang populer di dunia. Dan hal-hal itu seringkali baik dan bermanfaat," katanya seperti dikutip dari PsyBlog, Sabtu, 8 Juni 2019.
"Seluruh dunia kita terdiri dari hal-hal yang kita lakukan yang baik untuk kita, tetapi kita tidak tahu mengapa. Dan kita tidak perlu tahu kenapa. Kami hanya perlu tahu bahwa kebanyakan orang melakukan hal-hal itu," ujarnya menambahkan.Â