Ditinggal Pergi Amerika Serikat, Huawei Gandeng Rusia
- Instagram/@gabecnc
VIVA – Raksasa teknologi China, Huawei dan perusahaan telekomunikasi Rusia, Mobile TeleSystems (MTS), menandatangani kesepakatan untuk mengembangkan teknologi dan jaringan 5G.
Kesepakatan ini tercapai ketika Presiden China Xi Jinping bertemu Presiden Vladimir Putin di Moskow, Rusia.
MTS adalah penyedia smartphone terbesar di Rusia yang menguasai 31 persen pangsa pasar dan memiliki 78,3 juta pelanggan termasuk di Ukraina, Armenia, dan Belarusia.
"Kesepakatan ini akan melihat bagaimana pengembangan teknologi 5G dan peluncuran percontohan jaringan generasi kelima pada tahun ini dan depan di Rusia. Kami sangat bangga dengan tercapainya kesepakatan yang sangat strategis ini," kata Deputy Chairman Huawei, Guo Ping, dikutip dari TechSpot, Jumat, 7 Juni 2019.
China dan Rusia telah lama menjadi musuh bebuyutan Amerika Serikat. Hubungan Moskow dengan Washington mencapai titik nadir sejak krisis Ukraina, perang saudara di Suriah, serta tuduhan atas ikut campur dalam Pemilihan Presiden pada 2016.
Sementara itu, terhadap China, AS menuding Huawei menjadi alat mata-mata lewat teknologi 5G. Sebagai bagian dari perang dagang, produk asal China itu masuk dalam daftar hitam lewat Entity List.
Larangan ini resmi diumumkan pada 20 Mei 2019, namun Departemen Perdagangan AS memberi masa tenggang hingga 90 hari, atau pada 19 Agustus mendatang.
Sejumlah perusahaan teknologi yang sudah meninggalkan Huawei antara lain Alphabet Inc - induk usaha Google, Microsoft, Panasonic, Toshiba, Softbank dan KDDI, Taiwan Chunghwa Telecom dan Taiwan Mobile, Intel Corp, Qualcomm Inc, Xilinx dan Broadcom Inc.