KawalPemilu.org adalah Platform Terbuka, tapi Jangan Coba-coba Nakal
- VIVA.co.id/Bobby Agung Prasetyo
VIVA – Dalam gelaran pemilihan umum atau pemilu pada 17 April 2019, muncul beberapa platform yang melakukan pengumpulan C1 dari berbagai tempat pemungutan suara atau TPS. Salah satunya KawalPemilu.org.
"Mengenai metode sampling bedanya adalah kita tidak quick count (penghitungan suara cepat). Sampel seribu TPS sudah representatif, karena ada science saat pemilihan di TPS (saat quick count)," kata Co-Founder KawalPemilu.org, Elina Ciptadi, di Jakarta, Rabu malam, 29 Mei 2019.
Sedangkan metode yang sama, tidak ditemukan di KawalPemilu. Ia menjelaskan, data mana pun yang masuk terlebih dahulu akan langsung dikerjakan dan tidak ada pemilihan dari provinsi tertentu yang harus dihitung.
Saat ditanya mengenai kemungkinan ada platform yang sama pada Pemilu 2024, Elina mengaku mungkin saja. Hal itu terjadi, jika data pemilu di Komisi Pemilihan Umum (KPU) terbuka untuk umum.
"Selama data dari KPU terbuka itu memudahkan orang-orang yang punya kemampuan IT untuk membuat sistem seperti KawalPemilu. Jadi, sekarang saja ada KawalPemilu, ada yang namanya Yo Ayo Nyoblos, KawalPilpres, Jurdil, dan AyoJagaTPS," paparnya.
Elina melanjutkan, semua orang, termasuk masing-masing pasangan calon peserta pemilu maupun partai, juga berkesempatan besar membuat platform yang sama.
Untuk KawalPemilu, Elina mengaku platformnya dibuat independen. Meski begitu, ia tak menutup kemungkinan bahwa ada pendukung masing-masing pasangan calon presiden dan wakil presiden kemarin hingga yang tidak mencoblos atau golput, ada yang menjadi relawan di KawalPemilu.org.
Ia juga tak menutup mata ada oknum yang berusaha nakal. Kalau itu sampai terjadi, dia mengaku KawalPemilu secara tegas akan 'menendangnya'. "Dengan keterbukaan data, kami tidak segan memberi hukuman kepada pengguna yang curang. Kami membuat data yang hadir lebih valid," tegas Elina.