Ilmuwan Ungkap Hal Mengejutkan di Pluto

Pluto.
Sumber :
  • Space.com

VIVA – Pluto secara resmi melepas 'gelar' planet dan dikeluarkan dari kelompok Tata Surya pada 24 Agustus 2006 lantaran jaraknya paling jauh, sekitar 4,67 miliar mil dari Bumi. Namun, bukan berarti tidak menarik untuk diteliti.

Jangan Malu Kentut! Ini 5 Manfaat Kentut yang Akan Membuat Kamu Lebih Sehat

Wahana antariksa tidak berawak milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), New Horizons, yang memang dirancang untuk menyelidiki tentang 'jati diri' Pluto beserta bulan/satelit-satelitnya, berhasil mengungkap beberapa gunung di sana terbentuk di atas lapisan es pada 2015.

Para peneliti memang berulang kali dibikin terkejut dan bingung dengan data yang dikumpulkan dan diproses oleh New Horizons.

Hadirkan Inovasi untuk Indonesia, 4 Peneliti Perempuan Raih Penghargaan L’Oreal - UNESCO For Women in Science 2024

Menurut sebuah studi baru yang diterbitkan di jurnal Nature Geoscience, seperti dikutip dari Salon, Selasa, 21 Mei 2019, simulasi komputer memberikan bukti kuat bahwa lapisan isolasi di dekat permukaan menjaga supaya samudera bawah permukaan agar tidak membeku. Dengan kata lain, mungkin ada lautan di Pluto.

Sebuah tim ilmuwan asal Jepang yang menerbitkan penelitian tersebut mengatakan peristiwa itu bisa terjadi karena lapisan es tipis yang mengandung molekul gas yang terperangkap, atau dikenal sebagai gas hidrat, di bagian bawah cangkang es yang mengisolasi lautan.

Inspiratif, Nukila Evanty Menjaga Identitas dan Hak Suku Laut di Tengah Arus Modernisasi

Dengan menghitung suhu Pluto dan ketebalan tempurung es, maka para ilmuwan menyimpulkan bahwa gas hidrat akan cukup untuk menjaga lautan di bawah permukaan.

"Ini menunjukkan bahwa keberadaan lapisan es tipis dan gas hidrat di dasar cangkang es dapat menjelaskan kelangsungan hidup jangka panjang. Hidrasi bertindak sebagai isolator termal yang fungsinya mencegah laut dari beku total, sekaligus menjaga kulit es tetap dingin dan tidak bergerak," demikian keterangan ilmuwan.

Dalam makalah tersebut, para peneliti mengaku bahwa lapisan gas hidrat ini kemungkinan metana, yang berarti bisa berevolusi dari bahan yang menciptakan Pluto dalam reaksi kimia tertentu.

Sementara itu, Kepala Tim New Horizons Geology, Geophysics and Imaging dari Pusat Penelitian Ames NASA, Jeff Moore, mengaku bahwa permukaan Pluto sama rumitnya dengan Planet Mars.

"Gunung-gunung yang bercampur aduk secara acak itu mungkin blok besar air yang membeku dan mengambang di dalam deposit nitrogen beku yang luas, lebih padat dan lebih lunak di wilayah yang secara informal bernama Sputnik Planum," ungkap Moore.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya