Potensi Bisnis Sarung Tangan Steril, Salah Satunya Industri Elektronik

Ilustrasi peneliti di laboratorium sarung tangan steril.
Sumber :
  • Dok. Istimewa

VIVA – Data asosiasi produsen sarung tangan karet terbesar di dunia, Malaysian Rubber Glove Manufacturers Association (Margma), menyebutkan ada tiga penggerak peningkatan konsumsi sarung tangan steril. Ketiganya adalah aturan pemerintah, tingkat kemakmuran, dan kesadaran akan kesehatan.

Tanpa Produk Sachet! Ini Cara Mudah Membuat Minuman Kolagen Anti Kerut

Namun, meski Indonesia merupakan negara dengan potensi pertumbuhan konsumsi sarung tangan steril yang tinggi tapi dinilai belum memiliki ketentuan pemerintah yang mendukung peningkatan kesadaran akan kesehatan.

Artinya, menurut Direktur Utama PT Mark Dynamics Indonesia Tbk, Ridwan Goh, Indonesia memerlukan ketentuan sanitasi yang lebih kuat terkait dengan penggunaan sarung tangan steril.

Cek Sekarang! Iuran BPJS Kesehatan Kelas 1, 2, dan 3 Siap Alami Perubahan

"Ini berbeda dengan beberapa negara yang telah memiliki aturan yang ketat di mana pertumbuhan penggunaan sarung tangan steril baru didorong oleh meningkatnya tingkat kemakmuran masyarakat," ungkap dia, lewat keterangannya, Selasa, 7 Mei 2019.

Ridwan kembali menerangkan, negara-negara Amerika Utara dan Eropa telah menyadari fungsi sarung tangan steril dan telah memiliki aturan penggunaan yang ketat.

KPU Targetkan Partisipasi Pemilih Pilkada Serentak 2024 Capai 82 Persen

Hal ini berbeda dengan beberapa negara Asia, termasuk tiga negara dengan penduduk terbesar, yang belum memiliki ketentuan tersebut sehingga pertumbuhan penggunaan sarung tangan steril belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat.

Ia juga mengingatkan bahwa Indonesia memiliki potensi pertumbuhan produksi sarung tangan steril untuk memenuhi kebutuhan global.

Ridwan juga mengatakan sarung tangan steril dari karet merupakan produk yang hanya sekali pakai atau disposable. Produk ini banyak digunakan pada industri kesehatan, farmasi, makanan dan minuman, elektronik, rumah tangga, dan medis.

Berdasarkan data Margma, dengan pertumbuhan permintaan hingga 300 miliar sarung tangan karet tahun ini, maka kontribusi pangsa pasar terbesar masih dari Malaysia yaitu 63 persen, Thailand dan China, masing-masing 18 persen dan 10 persen.

"Dengan potensi karet alam yang tinggi, Indonesia hanya memiliki pangsa pasar tiga persen. Ini merupakan potensi besar bagi Indonesia untuk meningkatkan pangsa pasarnya di industri sarung tangan karet. Bahkan, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dengan jumlah penduduk saat ini potensinya cukup besar," tutur Ridwan. (ann)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya