Ingin Hidup Bahagia dan Lebih Lama, Jauhi Ponsel
- Pixabay
VIVA – Tidak dapat dipungkiri dan juga disadari bahwa telepon seluler atau ponsel menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali, ponsel tidak lepas dari tangan.
Namun, kedekatan kita dengan ponsel telah mengganggu tidur, hubungan, rentang perhatian, kreativitas, produktivitas, pemecahan masalah, serta kemampuan dalam membuat keputusan.
Dengan meningkatnya kortisol, hormon stres utama dalam tubuh, ponsel bisa menjadi ancaman kesehatan dan memperpendek usia hidup.
Hingga saat ini hal yang paling banyak diperbincangkan adalah efek biokimia yang difokuskan pada dopamin, yang membentuk terjadinya kecanduan.
"Tingkat kortisol tinggi ketika ponsel dekat dengan kita, atau sedang digunakan. Ini sebuah respons yang menekan dan terasa tidak menyenangkan. Jadi, tubuh ingin kita memeriksa ponsel untuk menghilangkan tekanan," kata David Greenfield, psikiater klinis dari University of Connecticut School of Medicine, seperti dilansir Gulf News, Minggu, 5 Mei 2019.
Ia melanjutkan, manipulasi pada sistem dopamin ini dipercaya membentuk kebiasaan kecanduan pada ponsel. Tapi efek kortisol dari ponsel sebenarnya yang lebih harus diwaspadai.
Sebab, kortisol melepaskan pemicu perubahan fisiologis seperti lonjakan tekanan darah, detak jantung dan gula darah, yang membantu bereaksi dan selamat dari ancaman fisik akut.
Jika efek ini hanya terjadi sesekali mungkin tidak masalah, namun faktanya, rata-rata orang menggunakan dan menatap ponsel sampai berjam-jam. Apalagi, dengan ditambah dengan fitur lengkap di dalamnya yang membuat orang semakin tidak bisa jauh dari ponsel.
Sementara itu, Robert Lustig dari Paediatric Endrocrinology, University of California, menambahkan jika ketergantungan berlebih pada ponsel memicu peningkatan kortisol.
Peningkatan tersebut berkaitan dengan meningkatnya risiko masalah kesehatan yang serius seperti depresi, obesitas, gangguan metabolis, diabetes tipe 2, masalah kesuburan, tekanan darah tinggi, serangan jantung, demensia dan stroke.
"Setiap penyakit kronis yang kita kenal diperburuk oleh stres. Nah, ponsel ikut berkontribusi di dalamnya," jelas Lustig. Ia lalu mengungkapkan, untuk mengurangi tekanan akibat ponsel, mulailah mematikan semua notifikasi, kecuali dari yang ingin diterima.
Kemudian, perhatikan aplikasi yang memberi pengaruh buruk seperti yang membuat gelisah atau tertekan, lalu sembunyikan di dalam sebuah folder di layar atau lebih baik menghapusnya selama beberapa hari.