Soal Startup, Kemenristek: Banyak Inovator Berada di Lembah Kematian

Program Calon Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (CPPBT) Kemenristekdikti
Sumber :
  • VIVA/Misrohatun Hasanah

VIVA – Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi mengakui, program startup yang dilakukan institusi tersebut, belum membuahkan hasil yang maksimal. Masih ada tantangan dari sisi inovator perusahaan rintisan atau startup.

Mau Tahu Cara Membuat Investor Tertarik pada Startup Baru Anda? Ini Langkahnya!

Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kemenristekdikti, Jumaini Appe mengatakan, program Calon Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (CPPBT) yang sudah dijalankan sejak 2016, masih sebatas insentif saja. Artinya, para peneliti belum bisa memberi manfaat di tengah-tengah masyarakat. 

"Banyak inovator perguruan tinggi yang mati di tengah jalan. Kita menyebutnya, sebagai 'lembah kematian'. Saya kira ke depannya, kita harus melakukan perubahan yang mengarahkan hasil penelitian menjadi produk yang memiliki nilai bisnis," ujarnya dalam memberi sambutan di acara CPPBT Boot Camp 2019, di Jakarta, Senin malam, 8 April 2019.

Apa yang Dicari Investor? 10 Faktor Kunci yang Mempengaruhi Keputusan Investasi ke Startup

Jumaini mengatakan, ada dua hal yang harus diperhatikan. Pertama, adalah mahasiswa maupun dosen harus melakukan penelitian yang berorientasi pada kebutuhan. Pola pikir harus diubah menjadi inovasi yang bisa menyelesaikan persoalan di masyarakat, baik melibatkan sumber daya alam sendiri maupun impor. 

Poin kedua, adalah tentang sumber daya manusia. Dalam pendidikan tinggi, jiwa kewirausahaan harus mulai ditanamkan disamping keahlian khusus yang mereka miliki.

Mengenal Angel Investor: Pengertian, Jenis, Kelebihan, dan Kekurangannya untuk Bisnis Pemula

Jumaini menyatakan, keahlian yang mereka miliki, belum tentu mengarahkan mereka untuk memiliki jiwa kewirausahaan. 

Sejak 2016, Kemenristekdikti telah membina 558 calon startup, namun hanya 59 yang berhasil naik kelas. Kondisi ini, menandakan purwarupa belum siap menjadi produk berbasis teknologi. 

"Untuk itu, kita adakan boot camp untuk memberi pembelajaran dari mentor berpengalaman. Harapannya, agar usahawan bisa menghasilkan usaha berkelanjutan, dan bisa mendapat masukan dari narasumber dalam menyempurnakan pembuatan startup berbasis teknologi," katanya. 

Dari 130 proposal terpilih, mahasiswa dan dosen paling banyak meneliti di bidang pangan, informasi teknologi, kesehatan, energi transportasi dan material sumber daya alam. Ke depan, mereka juga diharapkan dapat berkontribusi bagi ekonomi negara meskipun masih dalam skala kecil. (asp)

Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi), Meutya Hafid.

Startup Indonesia 'Berbicara Banyak' di Thailand

Startup asal Indonesia menyabet sembilan penghargaan di ASEAN Digital Awards 2025, yang digelar di Bangkok, Thailand.

img_title
VIVA.co.id
18 Januari 2025