Cara Tinder Preteli Facebook
- The Verge
VIVA – Aplikasi kencan Tinder berniat meraih lebih banyak pengguna dari kalangan generasi atau Gen Z, atau berusia antara 18 sampai 22 tahun, dengan merekrut Ravi Mehta sebagai chief product officer yang baru.
Mehta sebelumnya menjabat sebagai direktur produksi Facebook, sekaligus otak di balik terciptanya aplikasi Lasso, pesaing utama aplikasi video pendek asal China, Tik Tok.
Lasso resmi diperkenalkan ke publik oleh Facebook pada November 2018. Aplikasi ini memang ditujukan menjadi pesaing Tik Tok. Facebook mengaku bahwa pengguna dapat memilih dari jutaan lagu dalam katalog lisensinya.
Aplikasi Lasso secara tegas membidik pengguna dari kalangan remaja atau milenial. Tinder mengatakan bahwa Mehta telah mempelopori upaya untuk memahami bagaimana Gen Z menghabiskan waktu mereka secara online dan mengidentifikasi peluang produk utama untuk demografis ini.
"Tahun lalu, kami telah merilis Tinder U, yang dikhususkan bagi para mahasiswa. Untuk bisa bergabung, mereka diharuskan memiliki alamat email dan aktif dan di kegiatan kampus," demikian keterangan resmi Tinder, seperti dikutip dari The Verge, Selasa, 2 April 2019.
Untuk tahun ini, layanan Tinder U dilengkapi dengan Mode Spring Break yang memungkinkan pengguna memilih tempat liburan selama musim semi. Dengan Mehta berada di pucuk pimpinan divisi produk, Tinder ingin lebih banyak fitur untuk rangkaian Tinder U.
Selain pembaharuan Tinder U, pengumuman lainnya adalah Tinder merilis Places, sebuah fitur yang memungkinkan pengguna menggeser (swipe) orang-orang yang mungkin telah mereka lihat di depan umum. Tapi, fitur ini baru dalam versi beta sehingga belum diluncurkan secara luas.
Tinder memang dirancang untuk orang-orang yang tidak mencari hubungan serius dan cenderung lebih muda. Tidak seperti aplikasi sejenis, Hinge dan OkCupid, Tinder tidak mengharuskan pengguna untuk menjawab pertanyaan apapun tentang diri mereka, dan hanya memfokuskan diri pada foto profil pengguna.