Asal Usul 'Tol Langit' yang Disebut Ma'ruf Amin, Berawal dari Sinyal
- ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
VIVA – Calon Wakil Presiden Nomor Urut 01 Ma'ruf Amin sempat menyinggung mengenai 'tol langit' dalam debat ketiga pada Minggu malam, 17 Maret 2019.
Ia mengatakan bahwa Joko Widodo telah mempersiapkan infrastruktur tol langit untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi digital.
Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Anang Latif menjelaskan, tol langit adalah perumpamaan yang dilontarkan Menkominfo Rudiantara yang ingin menghadirkan internet cepat di seluruh Indonesia.
"Perumpamaan ini berawal dari sinyal. Seolah-olah ada sinyal langit membuat jaringan menjadi cepat tanpa hambatan. Jaringan-jaringan ini digelar di daratan dan lautan lewat Proyek Palapa Ring," kata Anang, dalam acara ‘Tok Tok Kominfo-Kepoin Tol Langit’, Selasa 19 Maret 2019.
Ia bercerita bahwa proyek ini telah diinisiasi sejak 2005. Namun, kala itu bisnis modelnya masih dicari, lantas kemudian gagal pada 2009. Ketika Rudiantara mengisi jabatan menkominfo, dirinya langsung mengenalkan model kerja sama pemerintah dan badan usaha.
Pada 2015, Anang menuturkan, pertama kalinya skema ini digunakan. Proyek tersebut dikerjakan karena adanya kabupaten yang tidak bisa terjangkau dengan serat optik, yang jumlahnya mencapai 114 dari 514 kabupaten di seluruh Indonesia.
Karena bekerja sama dengan badan usaha, maka mereka berbagi tugas, di mana pemerintah akan memegang 57 kabupaten. "Bagian pemerintah harus menyelesaikan 12 ribu km. Kalau dikerjakan jadi satu paket rasanya tidak akan terkejar karena target selesainya pertengahan tahun ini," jelasnya.
Oleh karena itu, lanjut Anang, dipecahlah menjadi tiga paket yang bermitra dengan tiga badan usaha. Ketiga proyek ini terbagi menjadi Palapa Ring Barat yang sudah beroperasi sejak Maret 2018, Palapa Ring Tengah beroperasi sejak akhir 2018, dan Palapa Ring Timur yang prosesnya sudah mencapai 95 persen.
Anang menegaskan bahwa Papua merupakan lokasi paling menantang. Mereka bahkan menggunakan enam unit helikopter untuk keperluan logistik.
"Wilayah Timur seperti Papua belum selesai. Kami menargetkan tengah tahun ini. Semoga tidak ada kendala. Total yang kami bangun ada 12.200 km, di mana 8.500 km pembangunannya ada di laut," ungkap Anang. (ann)