Sperma Tertua di Dunia Bisa Membuahi, Sayangnya Bukan Milik Manusia

Ilustrasi sperma.
Sumber :
  • CCRM

VIVA – Sperma tertua di dunia telah ditemukan, dan itu bukan milik manusia melainkan dari sekelompok hewan domba. Adalah sperma milik empat domba jantan Merino milik keluarga Walker di Australia.

Tren Donor Sperma di Amerika Serikat, Satu Tabung Bernilai Fantastis hingga Belasan Juta Rupiah!

Mereka memelihara delapan ribu domba di peternakan Yass Plains, New South Wales. Salah satu domba jantan, yang dikenal bernama Sir Freddie.

Keluarga Walker telah menyumbangkan sampel sperma yang telah diawetkan dari keempat domba tersebut yang kemudian disimpan di laboratorium Universitas Sydney pada 1968.

Eksplorasi Berbagai Kemungkinan Sosok Manusia dalam Figure A

Guru besar Fakultas Pertanian Universitas Sydney, Simon de Graaf, mengaku telah membuat rekor baru dengan menggunakan sperma tertua untuk membuahi puluhan domba betina Merino.

"Kelahiran domba-domba ini jelas menunjukkan bahwa inseminasi buatan dengan sperma yang sudah diawetkan adalah teknologi reproduksi yang aman dan andal saat ini dan masa depan. Tingkat kelahiran untuk hidup pun tinggi," kata de Graaf, seperti dikutip dari Mashable, Selasa, 19 Maret 2019.

Impor Daging Domba Disetop kerena Diduga Tekan Harga Peternak Lokal, Kementan Sidak ke 13 Gudang Importir

Dari 56 betina yang diinseminasi, 34 di antaranya atau sebesar 61 persen berhasil dibuahi. Sementara itu, peneliti Jessica Rickard meyakini sperma yang diawetkan ini adalah tertua di dunia yang berhasil menciptakan keturunan.

Sperma tersebut telah disimpan dalam nitrogen cair pada suhu minus 196 derajat Celcius (minus 320,8 Fahrenheit).

Rickard, yang mencairkan sperma sebelum mengujinya untuk motilitas, kecepatan, kelayakan dan integritas DNA, terkejut dengan betapa baiknya kualitas dari sperma ini.

"Hasil ini sungguh luar biasa. Kami tidak menemukan perbedaan antara sperma yang diawetkan selama setengah abad, dan satu tahun," ungkap Rickard.

Fakta lainnya menyebutkan bahwa kesuburan dipertahankan selama pengawetan jangka panjang, yang tentunya, akan bermanfaat bagi manusia.

"Ini sangat penting, khususnya untuk para pria yang ingin mengawetkan spermanya sebelum menjalani kemoterapi, serta membantu dalam upaya menyelamatkan spesies yang terancam punah," jelasnya. (ann)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya